"Libur telah tiba, libur telah tiba..hore, hore, hore...." Begitulah penggalan lirik lagu yang populer dinyanyikan mantan artis cilik Tasya. Nah, saat libur panjang sekolah banyak anak laki-laki yang minta disunat. Lalu siapa saja yang boleh menyunat 'burung' si kecil?
Sunat atau khitan pada laki-laki adalah praktik membuka kulup pada kepala penis yang bisa dilakukan oleh dokter atau ahli sunat tradisional seperti bengkong. Caranya bisa menggunakan berbagai metode, mulai dari yang sederhana hingga yang canggih menggunakan laser.
Supaya tidak merusak bentuk dan fungsi kelamin, disarankan menggunakan klinisi yang benar-benar terpercaya. Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua Departemen Urologi RSCM, yakni DR. dr. Nur Rasyid, SpU(K), bahwa sunat atau khitan ini merupakan tindakan medis, sehingga perlu ditangani oleh orang-orang yang kompeten.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr. Nur Rasyid juga menjelaskan perlu atau tidaknya sertifikasi itu tergantung pada pihak yang terkait. Sebab, kita pun tak bisa melarang masyarakat untuk wajib tahu mana yang lebih aman. Pada dasarnya ini berkaitan dengan tanggung jawab sosial, sehingga pemerintah ikut andil mengaturnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, spesialis bedah sekaligus Presiden Direktur Rumah Sunatan. Menurutnya dokter perlu memberikan jaminan sertifikasi untuk menunjang kualitas keahlian khitan.
"Menurut saya penting dan perlu. Sebab banyak sekali dokter umum nyunat tapi kurang skill, makanya banyak seperti di berita penis terpotong, putus, atau harus amputasi itu karena kurang skill dan nggak ikut training dulu dan menggunakan laser," jelasnya.
Dia menerangkan sebenarnya banyak pendidikan dan training sunat tetapi dokter tidak punya kesempatan untuk mengikuti karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. "Jadi begitu ketemu pasien dia pengen nyunat itu yang bahaya itu. Jadi, lebih baik ikut dulu dan sebenarnya bukan pada sertifikasinya tetapi ikutilah trainingnya itu, karena perlu kompetensinya. Kalau sertifikat ada tapi kalau skill-nya kurang ya sama saja," tutur dr Mahdian.
Saat ini belum ada lembaga khusus yang mengurus sertifikasi tentang sunat atau khitan. Akan tetapi, dr Mahdian mengaku bahwa di Rumah Sunatan telah mengeluarkan sertifikasi bagi dokter sunat sejak tahun 2008 hingga 2011 di lebih dari 10 kota.
Pentingnya untuk sunat atau khitan di tempat yang terjamin semata-mata meminimalisir pendarahan serta cedera pada kepala penis. Namun, para orang tua tak perlu khawatir, semua akan berjalan baik-baik saja jika prosedur medisnya dilaksanakan sesuai aturan. Dengan aturan yang dilakukan dengan baik, maka sunat tidak akan menimbulkan penyakit seperti tetanus.
"Risikonya kalau melakukan di sembarang tempat bayangkan saja kalau misalnya dengan teknik yang ditarik dulu kulitnya lalu dipotong, kalau kulitnya ada yang nempel di kepala penisnya seperti fimosis bisa berbahaya, bisa kesamber nanti," kata dr Nur Rasyid.
(hrn/vit)











































