Diungkapkan oleh Drs. Wima Mulaji Harsono, Akp, terapis Klinik Terapi Sengat Lebah yang terletak di Jl Dermaga, Duren Sawit, Jakarta Timur, dan telah mempelajari terapi lebah sejak tahun 2002, kepada detikHealth seperti ditulis pada Rabu (21/8/2013), untuk menurunkan berat badan pasien akan diberi sengatan dalam bentuk huruf T dari dada ke perut.
Namun perlu diingat bahwa selain diberi terapi sengat lebah, jika memang si pasien benar-benar ingin menurunkan berat badannya harus dilakukan beberapa usaha lain seperti tetap rutin melakukan olahraga dan hindari makan setelah maghrib.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau masih lapar, selain makan bee pollen atau serbuk sari yang dikumpulkan oleh lebah dan telah tercampur dengan enzim pencernaan lebah, bisa dicoba untuk makan pisang atau apel. Jika ikut cara ini, selama 3 bulan saya jamin akan ada penurunan berat badan," ungkap Wima yang merupakan lulusan pendidikan Biologi di Universitas Soedirman, Purwokerto.
Menurutnya selain disengat di bagian huruf T dari dada ke perut, bisa juga diberikan sengatan di tempat yang paling banyak lemaknya. Ini tentu berbeda-beda setiap orang, bergantung pada tubuhnya masing-masing.
Sedangkan untuk mengatasi sakit mata, Wima menuturkan bahwa masalah mata seperti minus, glukoma, dan mata merah bisa sembuh dengan memakai madu mata yang berasal dari inti madu. Biasanya pemberian madu ini akan dikombinasikan dengan sengatan lebah yang dilakukan di bagian tengah belakang kepala dan di tengah mata.
"Madu mata mengandung vitamin A dan bersifat hidroskopis, yaitu mengambil air dari udara. Oleh karena itu, bakteri pada mata tidak akan bertambah karena mata selalu lembab. Sepengalaman saya dulu pernah ada pasien yang memiliki mata minus 5 bisa turun jadi minus 3 dengan melakukan terapi madu dan sengatan ini," ungkap Wima yang juga mengenyam pendidikan akupuntur umum dan akupuntur kecantikan di Yayasan Akupuntur Indonesia.
Untuk sengat lebah bagi yang pasien dengan sakit mata, ada 3 variabel yang perlu diperhatikan sebelum diberi terapi sengatan lebah. Pertama, pasien belum pernah dioperasi pada matanya. Kedua, pasien tidak sedang menggunakan lensa kontak. Ketiga, usianya tidak lebih dari 70 tahun.
"Pertimbangan belum pernah dioperasi karena operasi akan mengubah saraf pada mata, saya khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat madu mata diteteskan. Sementara mereka yang usianya di atas 70 tahun tak diperkenankan karena rata-rata produksi air matanya sudah menurun, nanti justru tetes matanya terasa mengganjal," ujar Wima.
Yang perlu diperhatikan menurut Wima, obat tetes matanya memang terasa 'pedas'. Setelah ditetes pun umumnya akan terjadi 3 hal, yaitu perih sekali, keluar air mata, dan mata merah. Menurutnya hal tersebut masih aman terjadi maksimal 2 menit, jika lebih maka kemungkinan ada radang pada mata si pasien.
Untuk menjaga kesehatan mata, terutama bagi yang sebagian besar waktunya berada di depan komputer, gunakan tetes mata ini 1 kali sebelum beraktivitas. Sementara untuk terapi pengobatan, biasanya digunakan pada malam hari, 2 jam sebelum tidur.
"Satu lagi, saat menggunakan tetes mata ini harus diperhatikan tanggal kedaluwarsanya, biasanya 6 bulan maksimal sejak diproduksi. Sebab kalau terlalu lama enzim dalam madu akan mulai berkurang," tutur Wima.
Sementara untuk penggunaan tetes madu mata untuk anak-anak menurut Wima bisa dilakukan. Namun bergantung pada ketahanan si anak dengan reaksi yang muncul saat madu ini diteteskan.
Menanggapi terapi sengatan lebah ini, dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, staf divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPNCM, mengungkapkan bahwa terapi ini masih belum bisa dikategorikan sebagai pengobatan yang bersifat medis dan masih termasuk dalam pengobatan alternatif.
(vit/vit)











































