Pakar oftalmologi komunitas dari RS Cicendo, Bandung, dr Nina Ratnaningsih, SpM, MSc (CEH) mengingatkan risiko di balik penggunaan gadget secara berlebihan. Karena masih dalam masa pertumbuhan, anak-anak lebih rentan mengalami mata minus alias rabun dekat.
"Dengan perilaku melihat-dekat yang salah, risiko mata minus lebih besar," kata dr Nina Ratnaningsih, SpM, MSc (CEH), pakar oftalmologi komunitas dari RS Cicendo, Bandung, dalam perbincangan dengan detikHealth, seperti ditulis para Rabu (29/10/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada anak, risiko mata minus akibat aktivitas melihat-dekat ini tidak bisa diremehkan mengingat gangguan refraksi seperti itu tidak mudah dipulihkan. Kalaupun bisa berkurang minusnya, biasanya hanya sedikit dan tidak bisa benar-benar sembuh.
"Kacamata itu bukan obat, melainkan alat bantu. Vitamin A pun efeknya lebih ke saraf, juga tidak mengobati mata minus. Kecuali dengan lasik, itu baru bisa sembuh," lanjut dr Nina.
Meski ada risiko mengalami mata minus, menggunakan gadget tidak selalu berarti negatif bagi anak. Menurut dr Nina, selama orang tua bisa memberi pengertian bahwa kemampuan mata untuk melihat-dekat ada batasnya maka boleh-boleh saja anak menggunakan gadget seperlunya.
"Karena mereka juga bisa dapat ilmu dari situ kan. Ya asal bukan buat nge-game saja sih," pesan dr Nina.
(up/vit)











































