"Aman, asal dikerjakan oleh orang yang kompeten. Kalau ada keluhan yang disampaikan wanita atau suaminya, baru dilakukan vaginoplasty," kata dr Prima Progestian, SpOG dari Brawijaya Women and Children Hospital Jakarta saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (26/2/2014).
Keluhan tersebut dikatakan dr Prima misalkan menurut sang suami vagina si istri sudah sangat kendur. Atau dari pihak istri mengalami masalah terkait proses buang air seperti sering tidak bisa menahan jika ingin buang air kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Dr. dr. I Putu Gede Kayika, SpOG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM mengatakan vaginoplasty memang aman meskipun prosesnya memerlukan waktu lebih lam dari prosedur bedah yang lain. Pertama, harus dicek terlebih dulu apakah kondisi vagina memang berpengaruh terhadap proses buang air.
"Di dekat vagina itu kan ada kandung kemih, kalau kandung kemihnya keluar karena otot vagina yang terlalu kendur, maka seseorang bisa gampang pipis," kata dr Kayika.
Vagina yang dinilai terlalu kendur juga mempengaruhi area di sekitar anus. Sebab, kotoran bisa menumpuk karena pengaruh otot dinding vagina di bagian belakang. Maka dari itu, jalan keluarnya yaitu dengan operasi untuk mengencangkan atau mengecilkan vagina.
"Tapi tetap harus konsultasi dulu, apa alasannya melakukan vaginoplasty. Apakah memang perlu, atau hanya ikut-ikutan, atau karena tidak percaya diri," pungkas dr Kayika.











































