Memang jika tak melakukan foreplay, wanita akan lebih sulit mendapatkan kepuasan. Bahkan malah merasakan nyeri dan perih di daerah vagina karena lubrikasi yang tak maksimal. Jika sudah begitu, pria pun disalahkan karena sering lupa atau tidak melakukan foreplay dengan benar.
Padahal menurut seksolog Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd, FAACS, seharusnya foreplay tidak hanya menjadi tanggung jawab pria saja, melainkan tanggung jawab kedua belah pihak termasuk wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Prof Wimpie, konsultan seksologi detikHealth yang juga pengajar di Universitas Tarumanegara, dr Andri Wanananda, MS mengatakan bahwa memang bukan hanya pria yang harus melakukan foreplay. Foreplay memang harus dilakukan secara bersamaan, meski memang waktu untuk terangsang bagi pria dan wanita berbeda.
"Masalahnya, siklus reaksi seksual berlangsung bertahap, tidak bisa langsung mencapai orgasme (puncak kenikmatan)," terang dr Andri.
Lebih lanjut, dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpKFR, MKes dari Klinik Kamar Sutera tak menampik bahwa foreplay memang seharusnya dilakukan oleh pasangan secara bersama-sama. Anggapan pria harus lebih aktif ketika melakukan foreplay muncul karena memang wanita memiliki waktu yang lebih lama untuk terangsang daripada laki-laki. Sehingga jika hubungan seks dilakukan secara terburu-buru, wanita sulit mendapatkan orgasme.
"Wanita memang membutuhkan waktu lebih panjang untuk terangsang ya. Beda dengan laki-laki yang terkadang disenggol sedikit sudah tegang. Makanya memang melakukan foreplay ke wanita harus dilakukan dengan teknik yang tepat," ujar dr Ferryal berseloroh ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu, (25/6/2014).
(up/up)











































