Jakarta -
Banyak orang, khususnya kaum lajang berumur, merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan sensitif tentang jodoh. Celakanya, pertanyaan tersebut nyaris tidak terhindarkan dalam momen-momen kumpul keluarga seperti lebaran.
Beberapa orang pembaca detikHealth berbagi cerita tentang pengalamannya menghadapi pertanyaan 'kapan kawin?' dan sejenisnya. Ada yang merasa sebal, ada yang biasa saja karena saking terbiasa, ada pula yang malah mengamini dan minta didoakan.
Namun tidak semua merasakannya sebagai pengalaman menjengkelkan. Salah seorang pembaca justru menganggapnya sebagai pengalaman lucu karena banyak memunculkan jawaban-jawaban ngeles yang tidak terduga, spontan namun tidak membuat orang yang bertanya merasa tersinggung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini pengalaman beberapa pembaca yang dikirim ke redaksi, seperti dirangkum detikHealth, Selasa (29/7/2014).
1. Jawab simpel: masih sibuk memikirkan masa depan
Saat momen lebaran seperti ini, acara kumpul keluarga menjadi momen untuk menjawab pertanyaan kapan nikah dari orang sekitar. Apalagi saya sudah berumur 30 tahun. Sebagai seorang wanita karrier yang dibilang cukup mapan yang tinggal di kota besar, saya sering menghadapi pertanyaan "kurang apalagi?", "buruan kawin", "kapan nih?"
Sebenarnya pertanyaan ini simple, bisa saya jawab dengan "Belum ketemu orang yang tepat", atau "momennya belum ketemu", atau "masih sibuk sama kerjaan dan masa depan."
Biasanya jawaban itu cukup jitu..
(Silvi, 30 tahun)
2. Diamini saja
Saya menjalin hubungan selama 4 tahun. Hampir di setiap lebaran, acara arisan, pernikahan kerabat, pernikahan rekan kantor, dan acara lain di rumah, sering ada pertanyaan "kapan kawin?". Dari pertanyaan itu, sebagai muslim, jawaban saya selalu mengaminkan dan minta didoakan saja. Jawaban saya tadi menaruh harapan. Apalagi orang tua juga sama pertanyaannya.
Dana yang dibutuhkan cukup besar dan belum cukup, namun itu adalah pertanyaan orang tua dan membuat saya pusing.....
(Rina, 23 tahun)
3. Menyindir penanya yang rumah tangganya tidak bahagia
Usia saya 37 tahun dan belum menikah. Orangtua saya sering khawatir akan hal ini terlebih karena 2 adik saya sudah menikah lebih dulu dan telah memiliki anak. Sering juga rekan-rekan menanyakan tentang hal ini. Beberapa pertanyaan yang sering disampaikan mereka dan jawaban saya kepada mereka tanpa rasa tersinggung di kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
Tanya: Kamu cari yang bagaimana lagi, jangan terlalu memilih.
Jawab: Walah, bukannya mau pilih-pilih, tapi masalahnya yang dipilih belum ada.
Tanya: Usia terus bertambah lho, apa nggak takut belum menikah.
Jawab: Saya belum menikah, tapi saya bahagia. Daripada harus dipaksakan menikah tapi tidak bahagia.
(Biasanya: katakan hal ini pada orang yang terlihat kurang bahagia rumah tangganya, maka dia malah akan setuju dengan kita)
Tanya: Turunkan standardmu dong, mungkin cowok minder denganmu.
Jawab: Aku ini realistis bukan materialistis. Oleh sebab itu aku butuh orang yang mapan. Biaya pendidikan semakin mahal.
Selamat mencoba, percayalah bahwa Tuhan selalu rencanakan hal yang terbaik bagi kita.
God bless!
(Anny, 37 tahun)
4. 'Undangan beres, kurang nama mempelai saja'
Masalah kapan kawin itu sebetulnya urusan pribadi masing-masing individu, tapi emang kebanyakan tante dan om pasti suka iseng nanyain. Beruntung aku udah kawin, jadi nggak ditanya-tanya masalah yang bisa bikin kita bete dan kehilangan mood.
Tapi kalo inget temen aku ngejawab om-nya yang nanyain kapan dia kawin, langsung bisa ngakak. Pas ditanya kapan kawin dia cuma jawab santai, "Ntar om, cuma tunggu undangan jadi, masih ada yang kurang". Si om nanya lagi, "Emang kurang apa lagi?" Temenku jawab dengan mimik serius, "Kurang nama mempelai perempuan om, mungkin om punya ide?"
Akhirnya si om ketawa kenceng trus membahas anak-anak temennya yang dirasa cocok buat dikenalin ke temenku.
Gitu deh, nggak jadi bete. Malah akhirnya temenku ini udah nikah tahun kemarin.
(Ling Ling, 42 tahun)
5. Kapan Kawin? Kapan saja boleh..
Saya sering mendapat pertanyaan tersebut, apalagi usia saya sekarang 38 tahun. Awalnya saya sebel, sebelllllll buanget... Tapi lama-lama saya terbiasa jadi paling saya tersenyum lalu saya jawab, "Kapan aja boleh."
Mungkin jawabannya terlalu klise tapi cukup membuat mereka diam walaupun terkadang ada yang menambahkan dengan nasihat-nasihat yang membuat saya hanya menjawab, "Iya."
(Venietia, 38 tahun)
Saat momen lebaran seperti ini, acara kumpul keluarga menjadi momen untuk menjawab pertanyaan kapan nikah dari orang sekitar. Apalagi saya sudah berumur 30 tahun. Sebagai seorang wanita karrier yang dibilang cukup mapan yang tinggal di kota besar, saya sering menghadapi pertanyaan "kurang apalagi?", "buruan kawin", "kapan nih?"Sebenarnya pertanyaan ini simple, bisa saya jawab dengan "Belum ketemu orang yang tepat", atau "momennya belum ketemu", atau "masih sibuk sama kerjaan dan masa depan."Biasanya jawaban itu cukup jitu..(Silvi, 30 tahun)Saya menjalin hubungan selama 4 tahun. Hampir di setiap lebaran, acara arisan, pernikahan kerabat, pernikahan rekan kantor, dan acara lain di rumah, sering ada pertanyaan "kapan kawin?". Dari pertanyaan itu, sebagai muslim, jawaban saya selalu mengaminkan dan minta didoakan saja. Jawaban saya tadi menaruh harapan. Apalagi orang tua juga sama pertanyaannya.
Dana yang dibutuhkan cukup besar dan belum cukup, namun itu adalah pertanyaan orang tua dan membuat saya pusing.....
(Rina, 23 tahun)
Usia saya 37 tahun dan belum menikah. Orangtua saya sering khawatir akan hal ini terlebih karena 2 adik saya sudah menikah lebih dulu dan telah memiliki anak. Sering juga rekan-rekan menanyakan tentang hal ini. Beberapa pertanyaan yang sering disampaikan mereka dan jawaban saya kepada mereka tanpa rasa tersinggung di kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
Tanya: Kamu cari yang bagaimana lagi, jangan terlalu memilih.
Jawab: Walah, bukannya mau pilih-pilih, tapi masalahnya yang dipilih belum ada.
Tanya: Usia terus bertambah lho, apa nggak takut belum menikah.
Jawab: Saya belum menikah, tapi saya bahagia. Daripada harus dipaksakan menikah tapi tidak bahagia.
(Biasanya: katakan hal ini pada orang yang terlihat kurang bahagia rumah tangganya, maka dia malah akan setuju dengan kita)
Tanya: Turunkan standardmu dong, mungkin cowok minder denganmu.
Jawab: Aku ini realistis bukan materialistis. Oleh sebab itu aku butuh orang yang mapan. Biaya pendidikan semakin mahal.
Selamat mencoba, percayalah bahwa Tuhan selalu rencanakan hal yang terbaik bagi kita.
God bless!
(Anny, 37 tahun)
Masalah kapan kawin itu sebetulnya urusan pribadi masing-masing individu, tapi emang kebanyakan tante dan om pasti suka iseng nanyain. Beruntung aku udah kawin, jadi nggak ditanya-tanya masalah yang bisa bikin kita bete dan kehilangan mood.
Tapi kalo inget temen aku ngejawab om-nya yang nanyain kapan dia kawin, langsung bisa ngakak. Pas ditanya kapan kawin dia cuma jawab santai, "Ntar om, cuma tunggu undangan jadi, masih ada yang kurang". Si om nanya lagi, "Emang kurang apa lagi?" Temenku jawab dengan mimik serius, "Kurang nama mempelai perempuan om, mungkin om punya ide?"
Akhirnya si om ketawa kenceng trus membahas anak-anak temennya yang dirasa cocok buat dikenalin ke temenku.
Gitu deh, nggak jadi bete. Malah akhirnya temenku ini udah nikah tahun kemarin.
(Ling Ling, 42 tahun)
Saya sering mendapat pertanyaan tersebut, apalagi usia saya sekarang 38 tahun. Awalnya saya sebel, sebelllllll buanget... Tapi lama-lama saya terbiasa jadi paling saya tersenyum lalu saya jawab, "Kapan aja boleh."
Mungkin jawabannya terlalu klise tapi cukup membuat mereka diam walaupun terkadang ada yang menambahkan dengan nasihat-nasihat yang membuat saya hanya menjawab, "Iya."
(Venietia, 38 tahun)
(up/up)