Menurut dr Eddy Karta, SpKK dari Edmo Clinic Jakarta, inilah yang disebut dengan gatal neuroseptif. Gatal ini timbul karena adanya rangsangan serabut saraf, dan biasanya ditandai dengan gatal menggigit yang muncul secara tiba-tiba atau tanpa diduga.
Namun bagaimana dengan orang yang suka menggaruk bagian tubuh tertentu, sehingga seperti 'kecanduan' menggaruk? "Kalau kecanduan dan kebiasaan menggaruk bisa terjadi karena gatal psikogenik," tegas dr Eddy kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (29/10/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah ini namanya gatal yang disebabkan kondisi pikiran. Sebenarnya tidak ada penyebab gatalnya. Yang ada karena sugesti rasa gatal itu yang menyebabkan jadi pengen menggaruk terus. Kan ada istilahnya makin digaruk makin enak," urai dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK ketika dihubungi secara terpisah.
Lantas bagaimana dengan orang-orang yang sering minta punggungnya digaruk tapi setelah digaruk posisi gatalnya justru berpindah sehingga minta digaruk lagi? Dosen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu mengatakan kondisi ini juga tidaklah masuk akal.
"Sebenarnya tidak ada itu gatal pindah-pindah, yang ada ya gatal pikiran tadi, sugesti. Malahan sebenarnya orang-orang yang punya gatal pikiran ini rasa gatalnya akan muncul ketika dia sedang diam atau melamun," paparnya.
Menurut dr Nyoman, bila orang-orang ini tidak melamun atau sibuk bekerja dan beraktivitas, maka rasa gatal sugesti tak akan 'menyerang'.
"Itu hanya lingkaran setan, gatal garuk, gatal garuk. Sebenarnya itu tidak boleh digaruk, itu faktor stres," timpal dr Dani Juanda, SpKK. Gatal-gatal memang juga bisa disebabkan oleh stres, atau biasa disebut dengan stress rashed. Seperti dikutip dari Medicinenet, penyebab pasti dari stress rashed belum pernah terpecahkan oleh para pakar. Hanya saja salah satu teori mengungkapkan stres dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Di sinilah cikal bakal gangguan pada kulit saat stres muncul. Pertama, bila metabolisme melamban, tubuh tak mampu mengekstrak nutrisi dari makanan dengan baik dan proses ekskresi pun menjadi bermasalah. Akibatnya tubuh akan menumpuk racun di dalam darah yang menimbulkan masalah pada kulit, seperti ruam dan gatal.
Selain itu, gangguan pada metabolisme juga dapat menurunkan produksi hormon dalam tubuh, yang pada akhirnya memicu kelenjar sebasea menjadi lebih aktif sehingga produksi keringat menjadi berlebih. Padahal proses ekskresi tadi bermasalah karena metabolisme melamban, sehingga lagi-lagi kotoran dan bakteri hanya menumpuk di kulit dan membuat pori-pori kulit terganggu, yang ditandai dengan ruam dan gatal.
Di tahun 2012, sebuah penelitian yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences mengemukakan bahwa melihat orang lain menggaruk kepala atau bagian tubuhnya yang lain bisa membuat seseorang 'latah' alias ikut garuk-garuk.
Konon melihat orang yang gatal-gatal membuat otak kita berempati sehingga memerintahkan tangan untuk menggaruk bagian tubuh yang tiba-tiba terasa seperti gatal.
(lil/vit)











































