Pasca seseorang terkena stroke, risiko cadel biasanya rentan dialami orang dewasa. Meski demikian, kondisi cadel yang dialami masih mungkin diatasi kok, salah satunya melalui terapi wicara.
Seperti penuturan dr Ahmad Yanuar SpS dari RS Husada, cadel karena stroke atau gangguan pada saraf bicara otak memang bisa terjadi karena ada gangguan saraf kranial atau saraf ke 12 yang muncul dari batang otak. Namun, pasien bisa dilatih bicara kembali stroke dengan speech theraphy.
"Terapi tersebut merupakan cara belajar mengungkapkan suku kata atau kalimat menggunakan lidah, terapi ini dilakukan selama 3 sampai 6 bulan setelah stoke," tutur dr Ahmad saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (26/11/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bedanya, terapi tidak hanya belajar bicara sesuai artikulasi, tetapi juga belajar mengucapkan kata dan pemahaman bicara lagi karena yang terserang bagian saraf pusat otak tempat bicaranya. Nah, baik cadel yang disebabkan stroke maupun afasia sama-sama dapat diterapi selama 3 hingga 6 bulan.
"Nanti setelah 6 bulan baik pasien afasia maupun stroke dilihat perkembangannya. Biasanya pasien afasia bisa lebih lama terapinya daripada yang sakit stroke, bahkan terapinya bisa sampai satu tahun tergantung kemampuan pasiennya, tetapi biasanya 6 bulan baru nanti dilihat perkembangannya," terang dr Ahmad.
Selama proses terapi, dokter yang juga praktik di RS Abdi Waluyo ini menekankan bawa keluarga juga harus membantu menstimulasi pasien di mana stimulasi yang diberikan disesuaikan pula dengan kemampuan pasien yang masih ada. Nah, kemampuan itulah yang harus dioptimalkan.
Misalnya saja jika pasien tersebut memiliki kemampuan baca yang masih bagus, maka menurut dr Ahmad kemampuan membaca itulah yang harus dioptimalkan dan dilatih terus oleh keluarga.
Meski seseorang tak kena stroke, dr Ahmad mengingatkan faktor lain yang dapat menganggu saraf bicara di otak seseorang yaitu karena yang bersangkutan terkena tumor. Sedangkan, gangguan bicara akibat trauma kecelakaan kemungkinannya lebih sedikit. Meski begitu, gangguan bicara akibat tumor pun menurut dr Ahmad harus dilihat terlebih dulu jenga tumor yang diidap pasien.
"Dilihat terlebih dahulu penyebabnya, setelah diketahui jenis tumornya akan ketahuan apakah tumor tersebut harus diangkat atau hanya diterapi. Yang pasti harus ditelusuri penyebabnya karena tumor bisa saja terjadi di kepala maupun leher pasien setelah itu baru ditindaklanjuti," tandas dr Ahmad.
(rdn/vit)











































