Gigi tonggos muncul karena banyak sebab. Meskipun faktor keturunan cukup dominan, namun nyatanya ada faktor lain yang bisa membuat gigi seseorang menjadi lebih maju dari yang lain. Bisa karena kebiasaan dari kecil atau trauma.
"Kebiasaan saat masih kecil, contohnya anak yang suka mengemut jempol itu bisa tonggos," ungkap Prof drg Armasastra Bahar, PhD kepada detikHealth dan ditulis Rabu (10/12/2014).
Kebiasaan semacam ini, lanjut Prof Arma, menyebabkan rahang si anak terdorong ke depan. Begitu juga dengan gigit-gigit jempol ataupun gigit-gigit kuku. Bahkan tak hanya tonggos, gigi si anak bisa menjadi rompal atau terpecah di bagian pinggirnya serta giginya tak bisa merapat karena kebiasaan tadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau lebih dari usia 2,5 tahun anak itu masih ngedot, ya tidak normal, sehingga menjadi kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan gigi tonggos," paparnya saat dihubungi secara terpisah.
Awasi juga bila anak tampak tidak aktif mengunyah makanan. Menurut Prof Arma, ini bisa ditemukan pada anak yang hobi makan makanan yang lunak-lunak atau sebagian besar makanannya hanya diemut.
"Itu menyebabkan rahang kurang rangsangan dan pertumbuhannya terhambat. Akibatnya giginya maju, karena untuk memicu atau merangsang pertumbuhan rahang, maka rahang harus bergerak aktif," tegasnya.
Lantas bisakah gigi tonggos karena trauma? Staf pengajar dari Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan (IKGM-P) FKG Universitas Indonesia tersebut menjawab itu tergantung pada trauma yang didapatkan. Misalnya karena jatuh dan rahangnya terkena, sehingga tekanan tersebut menyebabkan rahang ke dalam maupun ke luar. Bila rahangnya menjorok ke luar maka itu bisa saja mengakibatkan gigi tonggos.
"Solusinya, setelah jatuh langsung ke dokter. Nanti dokter akan menganalisa apakah gigi sulungnya yang masuk ke dalam atau ada perubahan dalam rangkaian giginya," timpal Prof Heriandi.
(lll/up)











































