Kalangan Muda-mudi Belum Banyak yang Suka Jamu? Mungkin Ini Sebabnya

Ulasan Khas Jamu Modern

Kalangan Muda-mudi Belum Banyak yang Suka Jamu? Mungkin Ini Sebabnya

Yulida Medistiara - detikHealth
Rabu, 07 Jan 2015 17:09 WIB
Kalangan Muda-mudi Belum Banyak yang Suka Jamu? Mungkin Ini Sebabnya
Jakarta - Di kalangan mahasiswa, tren minum jamu tampaknya memang belum marak. Entah karena tidak dibiasakan sejak kecil oleh orang tuanya atau rendahnya ketersediaan jamu di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

"Aku doyan jamu, Mbak, tapi yang ada rasa-rasanya kayak beras kencur. Kan enak," ungkap Aan (24), mahasiswa salah satu PTS di Yogyakarta kepada detikHealth baru-baru ini. Hanya saja setahu Aan, tidak ada satupun temannya yang memiliki kegemaran yang sama.

Begitu juga dengan Nimas (24). "Nggak ada sama sekali, Mbak," imbuh mahasiswi sebuah PTS di Surabaya tersebut. Namun ternyata rendahnya tren minum jamu tidak hanya terlihat di kalangan mahasiswa, tetapi juga pekerja kantoran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pekerja kantoran di Jakarta, sebut saja Ella (26) mengatakan minum jamu tidaklah ngetren di tempatnya bekerja. "Infused water yang lagi ngetren," jawabnya.

Namun pendapat berbeda dikemukakan Rizqi (27). PNS di salah satu institusi perguruan tinggi di Surabaya ini mengatakan hanya ada segelintir rekan kerjanya yang rutin mengonsumsi jamu. "Setahuku kayak beras kencur atau sinom gitu. Paling buat segeran atau jaga kesehatan aja. Kebetulan di kantin kampus ada yang jual juga," paparnya.

Lain Rizqi lain juga pendapat Totok. Karena bekerja di perusahaan farmasi dan kerap bersosialisasi dengan tenaga kesehatan, tren minum jamu di kalangan rekan kerjanya dirasa tidak begitu besar. "Bukan jadi pilihan, lebih banyak minum suplemen atau vitamin kalau untuk jaga kesehatan. Kalau jamu setahu saya banyak temen-temen yang minum jamu kuat, tapi temporary," ungkapnya.

"Walaupun kantor dekat sama pasar dan tiap pagi ada yang jual jamu gendongan, temen-temen juga nggak biasa minum jamu. Kebetulan malah lebih suka air putih," timpal salah satu pekerja perusahaan konstruksi di Jakarta, Arif (27).

Kondisi ini sesuai dengan pemaparan pakar kesehatan herbal dari FMIPA UI, Abdul Mun'im, MSi, PhD. Menurutnya, untuk saat ini tren minum jamu pada anak-anak dan remaja masih rendah.

"Biasanya tren yang terjadi pada anak-anak dan remaja mengonsumsi vitamin atau suplemen yang isinya tumbuhan. Sementara kalau meminum jamu identik hanya untuk orang sakit," paparnya ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (7/1/2015).

Namun tidak menutup kemungkinan bila rendahnya tren minum jamu di masyarakat karena rendahnya ketersediaan jamu yang dibutuhkan untuk konsumsi. Biasanya kondisi semacam ini ditemukan di kota besar. Lain halnya dengan di pedesaan atau kota kecil.

Seorang dokter di Blitar, Desi (27) mengungkapkan di kalangan pasien maupun sesama tenaga kesehatan di tempatnya bertugas masih ada yang rutin mengonsumsi jamu. "Karena di lingkungan desa, ya rata-rata jamu beras kencur dkk sih. Ada yang jual juga dekat RS, tapi minumnya nggak rutin. Sesukanya saja," terangnya.

Begitu juga dengan Husni (22). Meskipun bekerja di sekitaran kota Yogyakarta, namun ia seringkali mengonsumsi jamu yang ia beli sendiri di rumah. "Aku beli jamunya di rumah, kebetulan langganan dari kecil. Tapi kalau temen-temen kantor kayaknya nggak ada," ujarnya saat dihubungi secara terpisah.




(lil/vit)
Ulasan Khas Jamu Modern
14 Konten
Seiring berjalannya waktu, jamu yang dulu dianggap 'kuno' saat ini tampil lebih modern dan berbagai macam rasa. Mau tahu seperti apa? Simak A to Z tentang jamu modern.

Berita Terkait