Menanggapi hal ini, dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan dwarfisme hanya berdampak terhadap tinggi badan seseorang. Bukan kemampuan intelektualitasnya.
"Dwarfisme itu nggak ada pengaruhnya dengan kemampuan intelektualitas, dan nggak menyebabkan mereka jadi mental retardation (keterbelakangan mental)," paparnya kepada detikHealth dan ditulis Rabu (14/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi intelektualnya nggak berpengaruh, asalkan anak tersebut belajar dengan benar, pasti tidak akan menjadi bodoh," katanya ketika dihubungi secara terpisah.
dr Yunir kemudian menjelaskan hal ini dengan mengambil contoh sosok dua komedian Indonesia, yakni Daus Mini dan Ucok Baba. Meskipun Daus Mini dan Ucok Baba tergolong ke dalam jenis dwarfisme yang berbeda karena Ucok lebih kepada dwarfisme yang non-proporsional, keduanya dikatakan dr Yunir sebagai gambaran dwarfisme pada umumnya di Indonesia, yang rata-rata disebabkan oleh faktor genetik.
Pada kenyataannya, Daus Mini dan Ucok Baba tetap hidup normal, bahkan menjadi public figure walaupun kondisi fisik mereka tidak ideal.
"Buktiknya mereka bisa sampai menikah dan memiliki anak. Ini kan menunjukkan tidak adanya gangguan mental. Toh mereka diajak berbicara pun nyambung," lanjutnya.
Kendati demikian, dr Wismandari tidak menampik bila ada satu kondisi semacam dwarfisme yang berpengaruh terhadap IQ atau intelektualitas orang yang mengalaminya, yakni kretinisme.
"Ini pendek karena hormon tiroid atau kekurangan yodium. Sebenarnya dia bisa ikut sekolah tapi mungkin agak lambat dalam menyerap materi pelajaran," tutupnya.
(lil/up)











































