Orang-orang Ini Pernah Manfaatkan Urine untuk Terapi, Ampuhkah?

Fakta-fakta Urine

Orang-orang Ini Pernah Manfaatkan Urine untuk Terapi, Ampuhkah?

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 27 Mei 2015 13:05 WIB
Orang-orang Ini Pernah Manfaatkan Urine untuk Terapi, Ampuhkah?
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Urine memang merupakan sampah tubuh yang secara rutin dikeluarkan. Kendati demikian ada beberapa orang yang menggunakan urine sebagai terapi agar lebih sehat dan lebih energik. Ampuhkah?

Berikut ini beberapa orang yang memanfaarkan urine untuk terapi, seperti dikutip dari berbagai sumber dan ditulis pada Rabu (27/5/2015):

1. Epie Suryono

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Epie Suryono (59) didiagnosis mengidap diabetes sejak umurnya 27 tahun. Setelah didiagnosis terkena diabetes, Epie banyak melakukan usaha untuk mengobati diri. Pada saat itu Epie merasa anjuran dokter yang mengharuskan dirinya mengontrol diri karena diabetes tidak bisa disembuhkan terlalu sulit dijalani.

Alhasil selama kurang lebih 22 tahun, Epie banyak mengikuti pengobatan alternatif, dan sama sekali tak memedulikan peringatan dokter. Bahkan hampir semua jenis mitos pengobatan diabetes yang ia dengar diikutinya.

"Saya terapi makan pare, brotowali, biji mahoni, mahkota dewa, dan masih banyak lagi. Kayaknya waktu itu cuma daun pintu sama jendela saja yang belum saya makan," ujar Epie sambil bercanda.

Pernah pada satu waktu Epie menjajal pengobatan terapi urine. Terapi urine tersebut mengharuskan Epie untuk mengonsumsi segelas urinenya sendiri pada pagi hari sebelum beraktivitas. Meskipun merasa jijik namun karena diiming-imingi harapan sembuh terapi tersebut dijalankan juga olehnya. Sembuhkan?

"Dua minggu saya jalankan terapi urin tapi gula darah saya tetap tinggi. Saya pikir ini mungkin karena dosisnya kurang, karena sudah terlanjur 'nyebur' kan tanggung jika berhenti jadi saya tambah lagi minum urine di malam harinya," ujar Epie.

Namun kondisi Epie tak kunjung membaik. Akhirnya setelah mendapat penyuluhan menyeluruh, pikirannya terbuka. Dia lantas menerima suntikan Insulin dan kondisi tubuhnya berangsur membaik. Epie juga berusaha sebaik mungkin untuk menjaga kesehatan, terutama tingkat gula darahnya.


2. Mark Ambrose

Meski usianya sudah 91 tahun, namun Mark Ambrose merasa masih enerjik, berpenampilan muda, dan memiliki gaya hidup aktif. Menurut Mark, rahasianya ada pada urine.

Setiap hari, Ambrose minum segelas urine. Ia juga mengoleskan urinenya pada luka karena percaya urine bisa membantu proses penyembuhan.

Mark bahkan mengaku sudah bisa mengukur mana urine yang kualitasnya bagus. Dikatakan dia, urine dengan kualitas bagus memiliki warna jernih atau agak kuning tua. Menurutnya, lima persen dari urine mengandung vitamin yang bisa menyehatkan tubuh.

Tak hanya diminum, urine pun digunakan Ambrose untuk memijat bagian tubuh yang sakit seperti wajah, lengan, kaki, bahkan kelopak mata dan telinga. Urine yang digunakan yaitu urine segar atau yang sudah disimpan selama satu sampai dua hari. Setelah tiga tahun melakukan terapi urine, diakui Ambrose ia masih harus minum obat anti nyeri untuk mengatasi rasa sakit di punggungnya.


3. Sylvia Chandler

Perempuan berusia 63 tahun bernama Sylvia Chandler ini mengaku minum setengah liter urinenya sendiri setiap hari. 'Ritual' ini dijalaninya selama 20 tahun terakhir. Menurut Sylvia kegiatan ini membuat dia awet muda dan tetap fit.

Sylvia juga yakin bahwa urinenya adalah obat mujarab yang membuat tubuhnya tetap ramping dan awet muda. Bahkan, Sylvia juga mengklaim berkat minum urine, ia tak pernah pergi ke dokter selama sepuluh tahun terakhir.

Selain diminum, Sylvia juga menggunakan urinenya untuk mencuci rambut dan melembabkan wajahnya. Dipercaya Sylvia, urine bisa menyembuhkan luka bakar. Ia kini membuka praktik pengobatan alternatif melalui terapi urine di Birmingham.

Menanggapi hal ini, seorang dokter bernama dr Rob Hicks mengatakan memang selama bertahun-tahun banyak orang mengklaim ada manfaat kesehatan dari minum air seni mereka sendiri. Tapi sejauh ini, menurut dr Rob tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.

"Ginjal adalah sistem penyaring yang efisien menyingkirkan apa yang tidak diperlukan tubuh sehingga untuk dimasukkan kembali ke tubuh tampaknya ini kontra-produktif," papar dr Rob.

Halaman 2 dari 3
(vit/ajg)

Berita Terkait