Memerhatikan asupan gula penting lho agar tidak dikonsumsi secara berlebihan. Soal konsumsi gula, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang telah tercantum pesan untuk membatasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak.
Dalam Permenkes No 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji disebutkan konsumsi gula lebih dari 50 gram atau 5 sendok makan peres (tidak munjung) per orang per hari akan meningkatkan risiko diabetes. Oke, jadi ingat ya jangan lebih dari 5 sendok makan peres gula per hari demi menghindari diabetes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun lebih baik lagi bila asupannya kurang dari 5 persen jumlah kalori yang didapat dari makanan setiap harinya. Anjuran ini dalam upaya mencegah penyakit kronis yang terkait pola makan buruk seperti penyakit jantung, kanker dan diabetes.
Dipaparkan dr Ida dengan merujuk pada Studi Diet Total 2014, sebanyak 4,8 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi gula berlebih. Padahal konsumsi minuman bergula berlebih, ditambah asupan bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayur dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular terkait gizi.
"Konsumsi kelompok gula dan konfeksionari penduduk Indonesia sebesar 15,7 gram per orang per hari. Nah, yang terbanyak dikonsumsi di kelompok ini adalah gula putih atau gula pasir yaitu sebesar 13,6 gram per orang per hari," papar dr Ida dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (2/9/2015).
Gula pasir, sambung dr Ida, dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Angka konsumsinya 66 persen, lalu diikutiĀ bahan makanan lain, permen dan cokelat dengan kisaran 2,3 hingga 2,8 persen. Sementara itu, konsumsi terendah adalah sirup, di mana angkanya 1,2 persen.
![]() |
dr Ida mewanti-wanti agar tidak mengonsumsi gula secara berlebihan. Sebab konsumsi gula berlebihan akan membuat kerja pankreas menjadi lebih berat. Ketika pankreas sudah tidak mampu bekerja dengan baik, risiko diabetes pun menghantui.
Dikutip dari biotek.bppt.go.id, sebenarnya air tebu yang merupakan bahan baku pembuatan gula pasir mengandung saccharant yang berkhasiat sebagai antidiabetik. Sayangnya, senyawa polisakarida itu pecah saat proses pemanasan menjadi sukrosa, yang mana bisa menjadi pencetus diabetes.
dr Ida menjelaskan bahan makanan yang kaya akan karbohidrat jika diproses dengan pemanasan tinggi dan berulang-ulang akan membuat bahan tersebut berubah menjadi partikel yang lebih halus. Partikel ini tentunya akan lebih cepat diserap oleh tubuh dan menjadikan glycemic index-nya menjadi lebih tinggi. Nah, makanan tinggi GI dan tinggi glycemic load (GL) akan berdampak pada kenaikan kadar gula darah.
Sebuah studi tahun 2013 memperkirakan bahwa 180.000 kematian di seluruh dunia terkait dengan minuman manis. Para penulis studi menyimpulkan bahwa kematian berhubungan erat dengan minuman manis dan risiko penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung.
Untuk itu selain membatasi konsumsi gula, pilihan lainnya adalah dengan menggunakan pemanis atau sweetener nol kalori yang mana GI-nya juga rendah. Dengan nol kalori dan GI rendah, maka lebih bersahabat pada gula darah sehingga cocok untuk pasien diabetes.
Baca juga: Setiap Hari Konsumsi Gula, Sehatkah?
(vit/up)












































