Dermatolog mengungkap generasi Z kebanyakan memiliki wajah yang lebih 'boros' karena terobsesi awet muda. Tidak sedikit dari mereka yang sudah melakukan perawatan rutin seperti botoks dan filler wajah.
Meskipun hal tersebut memperlihatkan Gen Z menjaga diri mereka dengan baik, faktanya, memulai perawatan wajah yang tidak sesuai umur dapat mempengaruhi perkembangan alami fitur wajah.
"Bukan hal yang aneh melihat anak berusia 18 tahun saat ini melakukan filler bibir," kata Dr Ross Perry, direktur medis Cosmedics Skin Clinics kepada DailyMail.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan di kliniknya, sudah banyak anak muda berusia 20-an awal menginginkan botox dan filler juga sulam alis serta bibir. Sayangnya, kombinasi perawatan ini membuat wajah mereka terlihat lebih tua dari usianya.
Terlebih di media sosial saat ini viral tren #BabyBotox, yang telah ditonton 189 juta kali, menampilkan serangkaian klip dari wanita muda yang menerima suntika wajah mereka untuk mencegah kerutan.
Gen Z tumbuh dengan layar dan media sosial, yang berarti informasi tentang prosedur kosmetik, tren, dan perawatan kulit yang sesuai tersedia hanya dengan satu sentuhan jari mereka. Hal ini membuat mereka tumbuh dengan lebih banyak pengetahuan tentang perawatan estetika.
"Anak usia 14 tahun, misalnya, tidak memerlukan perawatan kulit yang rumit, yang pasti tidak ada yang anti-penuaan pada usia [itu]," beber Dr Saniyya Mahmood, direktur medis Aesthetica Medical.
Alih-alih suntik filler dan botox, remaja disarankan berpegang pada tiga prinsip perawatan wajah seperti membersihkan, melembabkan dan mengoleskan tabir surya. Para ahli memperingatkan remaja dan wanita di awal 20-an belum disarankan memakai retinol karena bisa memicu iritasi pada wajah.
(kna/kna)











































