.webp)
Emma diketahui meninggal dunia di rumah sakit setelah mengalami komplikasi serius pasca operasi perbaikan tulang belakangnya. Ide mendaki Gunung Snowdon di Inggris ini dilakukan Emma demi menggalang dana untuk penyandang kanker dan tumor. Pendakian gunung ini dilakoni Emma beserta tim relawan yang bersedia membawa 135 boneka beruang.
Emma mengaku terinspirasi oleh Andrew Stammers yang juga melakukan penggalangan dana pada tahun 2008. Meskipun Emma terserang scoliosis tulang pada tahun 2012, ia tak pernah ragu untuk mendaki gunung Everest, melakukan panjat tebing dan bersepeda sejauh 1.000 mil.
Sejauh ini usahanya telah menghasilkan dana lebih dari Rp 100 juta untuk Brain Tumour Research. Lizz Fussey selaku humas dari badan amal tersebut mengatakan bahwa orang tua Emma berharap warisan amal dari putri mereka bisa digunakan sebaik mungkin agar kepedulian masyarakat terhadap tumor otak makin bertambah.
"Emma adalah remaja inspirasional yang mendedikasikan dirinya untuk menyembuhkan orang yang kurang beruntung. Saya belum pernah bertemu orang seperti dia, gadis muda yang tanggung dan berjiwa sosial tinggi," ucap Lizz, dikutip dari Mirror, Senin (8/6/2015).
Baca juga: Transplantasi Tengkorak Pertama Sukses Dilakukan di Texas
Emma yang waktu itu masih berusia 12 tahun memutuskan untuk menyelesaikan tantangan mendaki gunung Everestnya. Ia memutuskan untuk membuktikan bahwa pasien scoliosis tulang sepertinya tetap bisa mendaki gunung.
Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari tulang belakang. Seperti diketahui, tulang belakang mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping dan nampak lurus ketika dilihat dari depan.
Usaha Emma tak sia-sia, ia menerima Achiever in Sport Award pada Bath & North East Somerset's Chairman's Sports Awards 2015 lalu. Stammers mengatakan Emma adalah gadis muda yang memiliki semangat dan tekad yang luar biasa. Pasalnya usaha yang ia lakukan semata-mata untuk meningkatkan kesadaran bahaya tumor otak dan mendukung penelitian sangatlah besar.
"Kita sekarang sudah ikhlas karena telah memiliki kenangan dari foto-foto pendakian di Gunung Snowdon bersama Emma. Kedua orang tua Emma juga meminta agar siapa saja yang ingin mengekspresikan simpati mereka, sebaiknya memberikan sumbangan di website JustGiving Emma," ucap Andrew.
Sue Farrington Smith, ketua eksekutif Brain Tumour Research mengaku sangat kehilangan Emma yang meninggal secara tak terduga. Menurutnya, Emma adalah salah satu dari penggalang dana termuda dan paling berdedikasi. "Saya juga menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada orang tua Emma," timpal Smith.
Baca juga: Perjuangan Helen, Kehilangan Sebelah Matanya Akibat Kanker
(rdn/ajg)
