Tips Psikolog Atasi Anak yang Suka Teriak-teriak

Balita Suka Teriak-teriak

Tips Psikolog Atasi Anak yang Suka Teriak-teriak

Nurvita Indarini - detikHealth
Kamis, 15 Okt 2015 13:30 WIB
Tips Psikolog Atasi Anak yang Suka Teriak-teriak
Foto: Thinkstock
Jakarta - Balita yang gemar berteriak-teriak kadang bikin khawatir dan jengkel orang tuanya. Apalagi jika dia hobi berteriak-teriak seperti orang marah ke teman-temannya dan bahkan ditujukan pada orang dewasa. Tentu bisa bikin orang tua malu.

"Kalau berkaitan dengan eksternal seperti orang dewasa lain atau anak lain, saat anak berteriak-teriak seperti itu sebaiknya segera diamankan ke tempat yang tenang. Beri tahu pada dia bahwa apa yang dia lakukan itu tidak baik. Sehingga jika nanti dilakukan lagi, akan ada hukumannya," kata psikolog anak dan remaja, Efnie Indrianie, MPsi, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (15/10/2015).

Nah, punishment atau hukuman jika anak kembali melakukan hal itu tentu bukan hukuman yang diberikan secara fisik. Misalnya sejak awal sudah diberi tahu konsekuensi jika melanggar aturan itu, maka waktu untuk bermain dengan mainan kesukaan yang biasanya dua jam jadi lebih singkat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan adanya hukuman yang merupakan konsekuensi atas hal buruk yang dia lakukan maka anak akan mendapat peringatan dan akan mengingat bahwa yang dilakukannya tidak benar. Efnie juga menyarankan agar orang tua tak henti-hentinya menanamkan kebiasaan untuk bicara dengan baik sejak dini.

Baca juga: Duh! Si Kecil Suka Teriak pada Orang Lain, Apa Sebabnya Ya?

Menurut Efnie, tidak cukup orang tua hanya berkata 'jangan teriak-teriak' pada anaknya, apalagi jika peringatan juga dilakukan dengan teriakan. Jika anak sudah mulai dirasa tidak sopan dan bisa mengganggu orang lain, maka orang tua memang perlu intervensi.

"Anak selalu diberi pemahaman agar selalu bicara dengan baik, bahwa berteriak pada teman itu salah. Untuk menerapkan aturan, perlu dibuat planning yang jelas. Dengan adanya hukuman maka ada konsekuensi tidak menyenangkan yang diterima," sambung dosen di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung ini.

Tanpa konsekuensi atas hal buruk yang dilakukan, anak bisa jadi sulit memahami dirinya telah melakukan kesalahan. Ini akan menjadi bagian pembelajaran bagi anak. Sebaliknya jika dia telah berhasil meninggalkan kebiasaan buruknya yang berteriak-teriak itu, bisa diberikan reward.

"Kalau menerapkan punishment seperti itu perlu konsistensi dari awal. Nah, ketika anak berteriak juga jangan terpancing untuk balas teriak. Tuhan merahmati kita, orang dewasa, dengan antisipasi yang baik. Maka itu harus kita optimalkan," kata Efnie.

"Anak perlu merasa dirinya disayangi dan dilindungi. Ini agar tumbuh kembang anak optimal, dan dia tidak menjadi anak yang selalu ketakutan," imbuhnya.

Baca juga: Anak Dianggap Berisik Saat Kegirangan, Ibu Ini Diprotes Pengunjung Restoran

(vit/up)

Berita Terkait