Diungkapkan nueroscientist dr Michael Grey dari Birmingham University, ukuran kepala anak-anak pun relatif lebih besar dibandingkan tubuh mereka. Sehingga, otak lebih mungkin mengalami pergerakan di dalam tengkorak dan mengalami microdamage yang bisa memengaruhi kehidupan anak nantinya.
"Otot leher anak pun masih berkembang. Ketika ada guncangan pada kepala dan otot leher tidak terlalu kuat, maka kepala akan lebih banyak bergerak, begitu pun otak," tutur dr Grey, seperti dikutip dari Mirror.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tengah Dikembangkan, Tes Darah untuk Deteksi Gegar Otak pada Anak
Sementara, Dawn Astle dari Jeff Astle Foundation mengatakan seringkali orang dewasa melempar bola ke arah anak-anak dan hal itu secara tidak langsung mendorong si anak untuk menyundul bola. Diibaratkan Astle, jika Anda memukul bola menggunakan laptop atau layar televisi, mungkin retakan pada kaca layar dapat terlihat.
"Tapi pada kepala, Anda tidak bisa melihat kerusakan otak yang terjadi. Padahal, otak adalah organ paling kompleks dan rapuh di dalam tubuh," tutur Astle.
Meski begitu, bukan berarti anak tidak boleh bermain sepak bola. Menurut dia, obesitas pada anak juga patut menjadi perhatian. Sehingga, membiarkan anak banyak bergerak, salah satunya melalui olahraga, perlu dilakukan. Hanya saja, pastikan mereka melakukan olahraga dengan aman dan sebisa mungkin hindari gerakan menyundul bola.
Baca juga: Anak Sering Mengeluh Sakit Kepala? Lakukan Hal Ini
(rdn/vit)











































