Jakarta -
Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi penting agar anak siap menjalani masa pubertas. Jika tak ada pendidikan kesehatan reproduksi, anak bisa bingung atau takut saat memasuki masa pubertas.
Dijelaskan dr Tri Gunadi, A.Md.OT., S.Psi dari Klinik Tumbuh Kembang Anak YAMET, pubertas adalah proses yang terjadi pada tubuh manusia akibat aktifnya hormon-hormon seksual. Setiap anak akan mengalami pubertas yang bisa dimulai sejak usia 8 atau 9 tahun.
"Maka dari itu pendidikan kesehatan reproduksi penting sejak dini. Jangan sampai anak tidak dipersiapkan yang bisa saja membuatnya mencari sendiri dari sumber-sumber yang tidak sesuai," tutur dr Gunadi, dalam diskusi parenting class, ditemui di Cinere Bellevue, Cinere, Depok, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, apa saja yang harus dilakukan saat memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak? Dirangkum detikHealth, berikut 4 langkah-langkahnya:
1. Dilakukan berkala
Foto: thinkstock
|
Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada tahap awal harus dilakukan oleh orang tua. Contohnya adalah membedakan jenis kelamin, seperti ayah adalah laki-laki dan ibu adalah perempuan.
"Jadi semakin bertambahnya usia, orang tua bisa menyesuaikan. Papa dulu di umur kamu mengalami ini lho, nanti juga kamu akan mengalami hal yang sama, seperti itu," tutur dr Gunadi.
2. Orang tua jadi model
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Ketika anak sudah bisa membedakan jenis kelamin, orang tua harus bisa menjadi model. Hal ini untuk menghindari kerancuan anak soal identitas dan jenis kelamin di masa depan.
"Kalau laki-laki misalnya akan berjanggut atau berkumis. Sementara perempuan misalnya Islam berhijab, tidak menggunakan baju terbuka. Ini yang akan ditangkap anak dari orang tuanya," tambah dr Gunadi lagi.
Baca juga: Hindari Overprotektif Saat Berikan Pendidikan Kespro Pada Anak Berkebutuhan Khusus
3. Tidak perlu penjelasan rumit
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Ketika anak bertanya soal pubertas, jelaskan dengan baik dan sederhana, tak perlu penjelasan rumit. Salah satu contohnya adalah misalnya anak bertanya mengapa saya berdarah ketika menstruasi pertama.
"Dijawab nggak usah rumit, misalnya karena aktifnya hormon endrogen dan progesteron di usianya, makanya jadi berdarah dan normal. Anak yang penting cukup tahu dan nggak selalu meminta penjelasan detil," tambahnya.
4. Gunakan gambar dan ilustrasi
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Langkah terakhir adalah pengenalan soal area mana yang boleh disentuh dan mana yang harus dijaga. Hal ini sangat penting terutama bagi anak perempuan untuk terhindari dari pelecehan.
"Bisa gunakan gambar. Misalnya ada gambar tubuh manusia, daerah anus dan payudara itu diwarnai merah, artinya nggak boleh disentuh siapapun. Kenalkan juga konsep aurat misalnya pada anak dari keluarga muslim," papar dr Gunadi.
Baca juga: Anak Berkebutuhan Khusus Alami Pubertas, Ini yang Harus Diperhatikan Orang Tua
Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada tahap awal harus dilakukan oleh orang tua. Contohnya adalah membedakan jenis kelamin, seperti ayah adalah laki-laki dan ibu adalah perempuan.
"Jadi semakin bertambahnya usia, orang tua bisa menyesuaikan. Papa dulu di umur kamu mengalami ini lho, nanti juga kamu akan mengalami hal yang sama, seperti itu," tutur dr Gunadi.
Ketika anak sudah bisa membedakan jenis kelamin, orang tua harus bisa menjadi model. Hal ini untuk menghindari kerancuan anak soal identitas dan jenis kelamin di masa depan.
"Kalau laki-laki misalnya akan berjanggut atau berkumis. Sementara perempuan misalnya Islam berhijab, tidak menggunakan baju terbuka. Ini yang akan ditangkap anak dari orang tuanya," tambah dr Gunadi lagi.
Baca juga: Hindari Overprotektif Saat Berikan Pendidikan Kespro Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Ketika anak bertanya soal pubertas, jelaskan dengan baik dan sederhana, tak perlu penjelasan rumit. Salah satu contohnya adalah misalnya anak bertanya mengapa saya berdarah ketika menstruasi pertama.
"Dijawab nggak usah rumit, misalnya karena aktifnya hormon endrogen dan progesteron di usianya, makanya jadi berdarah dan normal. Anak yang penting cukup tahu dan nggak selalu meminta penjelasan detil," tambahnya.
Langkah terakhir adalah pengenalan soal area mana yang boleh disentuh dan mana yang harus dijaga. Hal ini sangat penting terutama bagi anak perempuan untuk terhindari dari pelecehan.
"Bisa gunakan gambar. Misalnya ada gambar tubuh manusia, daerah anus dan payudara itu diwarnai merah, artinya nggak boleh disentuh siapapun. Kenalkan juga konsep aurat misalnya pada anak dari keluarga muslim," papar dr Gunadi.
Baca juga: Anak Berkebutuhan Khusus Alami Pubertas, Ini yang Harus Diperhatikan Orang Tua
(mrs/vit)