'Ayo beresin mainannya. Kalau nggak nanti dimarahi kakek lho'. Itulah contoh kalimat yang bisa dilontarkan orang tua. Lantas, dianjurkankah cara seperti ini demi membuat si kecil nurut?
"Sebaiknya jangan ya. Biasanya kalau kaya gitu nanti hubungan anak sama figur yang dianggap memarahi ini, nggak bagus," kata psikolog anak dan keluarga dari Tiga Generasi Anna Surti Ariani MPsi., Psikolog saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kisah Kerinduan Kakek pada 3 Cucu yang Tinggal di Negara Berbeda Ini Jadi Viral
"Jadi akan lebih jelas ketika kita yang kasih konsekuensi. Misal kita katakan ke anak 'kalau kamu tetap nggak bersin mainan, maka kamu nggak boleh nonton'. Dan itu kita jalanin. Itu jadi konsekuensi yang sangat konkret buat anak," tambah Nina yang juga praktik di Klinik Psikologi Terapan UI.
Ibu dua anak ini menekankan bahwa dalam memberi konsekuensi pada anak, ketegasan perlu sekali diterapkan. Saat anak hendak main tapi ia ogah disuruh makan misalnya, orang tua mesti tegas jika anak benar-benar tidak boleh main sebelum ia makan.
"Tapi anaknya tetap ngotot mau main, nggak mau makan. Ya nggak bisa. Kita bisa katakan karena pada saat itu tubuh anak lebih butuh makan. Jadi ya memang kita mesti tegas dengan konsekuensi yang ada dari apa yang dilakukan anak," pungkas Nina.
Baca juga: Kemensos: Idealnya Lansia Tinggal Serumah dengan Anak Cucu
(rdn/up)











































