Dampak Radiasi Pasca Tsunami 2011: Bayi di Jepang Berisiko Kanker

Dampak Radiasi Pasca Tsunami 2011: Bayi di Jepang Berisiko Kanker

- detikHealth
Senin, 04 Mar 2013 19:00 WIB
Dampak Radiasi Pasca Tsunami 2011: Bayi di Jepang Berisiko Kanker
(Foto: ThinkStock)
Jakarta - Tsunami yang terjadi di Jepang pada 2011 lalu bukan saja masih membekas dalam ingatan, namun dampaknya juga masih terasa hingga kini. Tsunami 2 tahun itu juga menerjang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Radiasi nuklir akibat peristiwa itu membuat bayi-bayi di Jepang berisiko kanker.

Berdasar laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), risiko bayi perempuan di Jepang terkena kanker tiroid adalah 70 persen. Tetapi WHO juga menginformasikan bahwa risiko terkena kanker ini seumur hidup hanya memiliki kemungkinan sebesar 0,75 persen. Dengan demikian diharapkan peningkatan mutlak kasus kanker tiroid tidak besar.

Dikutip dari ABC News, Senin (4/3/2013), bayi laki-laki terpapar radiasi dalam skala tertinggi, yakni antara 12 sampai 25 milisievert. Akibatnya sekitar 7 persen memiliki risiko terkena leukimia seumur hidup, dan bayi perempuan memiliki peningkatan sekitar 6 persen risiko kanker payudara selama hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam laporan setebal 168 lembar itu, WHO juga melaporkan bahwa bayi yang berada di daerah dengan paparan radiasi terparah, memiliki kombinasi tumor solid (tumor organ) yang meningkat hingga 4 persen selama hidupnya.

WHO menuturkan penyebaran radiasi nuklir di wilayah Jepang bervariasi. Di dua daerah prefektur Fukushima, paparan radiasinya berkisar 12 sampai 25 milisievert. Sedangkan di beberapa daerah Jepang lainnya, paparan radiasi berkisar 3 sampai 5 milisievert. Namun ada pula daerah yang hanya terpapar radiasi nuklir 1 milisievert.

Radiasi nuklir juga menyebar hingga luar Jepang. Namun paparan radiasi tidak sebanyak daerah-daerah di Negeri Sakura itu. Meski demikian sebuah jurnal melaporkan 14 ribu kematian di AS diduga terjadi karena kerusakan di instalasi nuklir Fukushima Daichi tersebut.

"Di daerah yang paling terkontaminasi memiliki risiko kanker lebih tinggi," terang Direktur Departemen Lembaga Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan WHO, dr Maria Neira.

Data dalam laporan tersebut disusun berdasarkan kategorisasi. Kategori yang digunakan yakni usia, jenis kelamin, dan jarak kedekatan dengan pembangkit nuklir.

dr Maria juga menyatakan bahwa satu dari tiga pekerja darurat memiliki peningkatan risiko kanker, khususnya kanker tiroid dan gangguan peredaran darah. Selain itu katarak dan infertilitas dinyatakan sebagai efek langsung dari radiasi.

Namun sayangnya laporan tersebut tidak menyebutkan berapa banyak orang yang terkena dampak paling parah. Tetapi data yang dikumpulkan oleh tim medis menyebutkan hanya sedikit orang yang terkena radiasi nuklir tingkat tinggi.

Seperti diketahui gempa bumi berskala 9 SR mengguncang Jepang pada 11 Maret 2011. Gempa itu diikuti hantaman gelombang tsunami yang menewaskan hampir 19.000 orang dan menimbulkan kerusakan parah pada pabrik nuklir Fukushima Daichi, sehingga menyebabkan kebocoran radiasi. Bencana ini juga memaksa sekitar 160.000 orang meninggalkan rumah mereka.





(vit/vit)

Berita Terkait