Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Dr Mafilindati Nuraini, MKes menjelaskan kuesioner berjudul "Kuesioner Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Sekolah Lanjutan" itu antara lain bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman para remaja tentang kesehatan reproduksi.
Bukan cuma menanyakan ukuran kelamin, kuesioner itu juga menanyakan berbagai hal seputar masa puber di bagian kesehatan reproduksi. Di antaranya tentang nyeri menstruasi dan keputihan pada remaja putri, maupun mimpi basah pada remaja putra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal ukuran kelamin, kuesioner tersebut meminta para remaja baik putra maupun putri untuk melingkari gambar yang paling sesuai dengan kondisinya. Tersedia 5 pilihan gambar, berurutan sesuai tahap perkembangan fisik semasa pubertas.
Pada pilihan untuk remaja putri misalnya, gambar nomor 1 menampilkan bentuk dada yang belum memiliki payudara. Nomor 2 mulai ada tonjolan kecil pada payudara, lalu tumbuh terus hingga paling besar ada di nomor 5.
Hal yang sama juga berlaku untuk gambar alat kelamin remaja putra. Gambar nomor 1 menampilkan ukuran penis paling pecil dengan rambut pubis (rambut kemaluan) yang masih tipis, sedangkan nomor 5 berukuran paling besar dengan rambut pubis paling lebat.
"Gambarnya hanya siluet saja, biar mereka bisa identifikasi. Mungkin kalau harus nyebutin dengan kata-kata, nggak bisa persis, kan kepanjangan dan malah lebih vulgar kalimatnya," kata dr Mafilindati.
Dikatakan pula oleh dr Mafilindati, kuesioner yang juga menanyakan ukuran alat kelamin itu dibuat oleh Kementerian Kesehatan. Selain di Sleman, kuesioner yang sama juga beredar di Kota Sabang, Nangroe Aceh Darusalam dan memicu kontroversi di tempat tersebut.
(up/vta)











































