Lonjakan kasus influenza di Amerika Serikat dan sejumlah negara Asia disebut kuat dipicu oleh kemunculan varian subclade K baru, yang kini mendominasi sirkulasi global. Varian ini menjadi perhatian serius karena dikaitkan dengan awal musim flu yang lebih cepat serta peningkatan kasus berat, terutama pada kelompok rentan.
Data terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan, pada pekan yang berakhir 6 Desember, kunjungan ke fasilitas kesehatan di AS dengan gejala demam disertai batuk atau sakit tenggorokan mencapai 3,2 persen. Angka ini melampaui ambang epidemi nasional dan menandai dimulainya musim flu.
"Mayoritas virus influenza yang kami temukan musim ini adalah subclade K, varian dari Influenza A(H3N2)," demikian disampaikan otoritas kesehatan AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Subclade K merupakan turunan dari H3N2, tipe influenza A yang secara historis kerap menyebabkan penyakit lebih berat dibandingkan subtipe lain. Musim flu yang didominasi H3N2 sering dikaitkan dengan lonjakan rawat inap, khususnya pada lansia dan penderita komorbid.
Di New York State, dampak subclade K terlihat jelas. Kasus flu meningkat sekitar dua minggu lebih awal dari pola tahunan. Rawat inap akibat flu bahkan berlipat ganda setiap pekan selama dua minggu terakhir.
"Kurva kasusnya membentuk pola J, artinya lonjakan kasus berat terjadi sangat cepat," beber pejabat kesehatan di New York, dr James McDonald, dikutip dari CNN.
Fenomena serupa juga terjadi di luar Amerika Serikat. Australia, negara tempat subclade K pertama kali terdeteksi, mencatat hampir 500 ribu kasus flu terkonfirmasi, memecahkan rekor nasional. Negara-negara lain seperti Jepang, China, Inggris, dan Kanada juga melaporkan musim flu yang lebih sibuk dari biasanya.
Para ahli epidemiologi kerap menjadikan Australia sebagai indikator awal untuk memprediksi situasi di belahan bumi utara. Lonjakan tajam akibat subclade K di Australia memperkuat kekhawatiran akan musim flu berat di negara-negara lain.
Meski demikian, sejumlah pakar mengingatkan bahwa dinamika flu tetap sulit diprediksi. Namun kehadiran subclade K dinilai berpotensi mengubah pola lama.
"Dengan adanya varian baru, kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pola musim sebelumnya," kata Dr. Angela Rasmussen, ahli virologi dari University of Saskatchewan.
Otoritas kesehatan di berbagai negara kini menekankan pentingnya vaksinasi flu, pemantauan ketat varian yang beredar, serta kewaspadaan dini terhadap gejala, terutama di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat.
Subclade K menjadi pengingat bahwa influenza bukan sekadar penyakit musiman biasa, tetapi ancaman yang terus berevolusi dan dapat menekan sistem kesehatan bila diabaikan.











































