Meski hanya sociosmoker alias hanya merokok jika berkumpul bersama perokok, alumni Institut Teknologi Bogor itu patut dipuji karena sekarang dirinya sudah stop merokok total. Bagaimana caranya ya?
"Pokoknya jangan bengong aja, soalnya kalau sering bengong membuka peluang untuk merokok," ujarnya ketika ditemui detikHealth usai acara pemberian penghargaan oleh Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) di Griya Jenggala, Jalan Jenggala I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dan ditulis Selasa (20/5/2014).
Dikatakannya bahwa daripada bengong dan menganggur, lebih baik waktu kosong yang kita miliki dimanfaatkan untuk kegiatan positif. Browsing di internet dan membaca merupakan pilihan yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang memang ingin berhenti merokok.
Tentunya jika sudah tidak menganggur tidak serta merta seseorang dapat langsung merokok. Lulusan S2 University of California, Berkeley, AS itu juga mengatakan bahwa motivasi paling kuat datang dari keluarga. Bapak dua anak ini mengatakan bahwa ia tidak ingin anak-anaknya menjadi perokok karena melihat orang tuanya merokok.
Selain itu sebagai kepala daerah, keluhan dan curhatan yang berasal dari warga menjadi motivasi tersendiri. Dikenal ramah di media sosial, pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan bahwa tidak sedikit warga yang mengeluh karena asap rokok di sekitar mereka.
"Di twitter sering dapat curhatan, 'Pak Wali saya terganggu asap rokok di angkutan umum', misalnya sebelahnya merokok, supirnya juga merokok, karena saya walikota, masa saya nggak bertindak," ungkanya.
(up/up)











































