5 Fakta Tentang Xanax, Obat Penenang yang Diminum Marshanda Sejak SMP

Marshanda dan Bipolar-2

5 Fakta Tentang Xanax, Obat Penenang yang Diminum Marshanda Sejak SMP

- detikHealth
Senin, 11 Agu 2014 20:00 WIB
5 Fakta Tentang Xanax, Obat Penenang yang Diminum Marshanda Sejak SMP
foto: youtube
Jakarta - Pengakuan terbaru yang datang dari aktris cantik Marshanda kembali membuat heboh. Setelah sebelumnya mengaku disekap di rumah sakit oleh sang bunda, aktris yang akrab disapa Chacha ini mengatakan bahwa ia biasa mengonsumsi obat Xanax sejak SMP.

"Kalau aku nggak bisa tidur biasanya aku itu ke kamarnya mama, aku bilang sama mama kalau aku nggak bisa tidur. Langsung tuh mama bilang, 'itu ada Xanax di meja makan ambil saja setengah tablet," tutur Marshanda dalam tayangan Just Alvin, Minggu malam.

Tentunya tak sedikit yang penasaran soal obat apa sebenarnya Xanax (Alprazolam) tersebut. Ada yang bilang Xanax adalah obat tidur, ada juga yang mengatakan bahwa Xanax adalah obat untuk gangguan jiwa bipolar-2 yang diidap Marshanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, agar tak bertanya-tanya, berikut beberapa fakta yang dikumpulkan detikHealth, Senin (11/8/2014) soal obat tersebut.

1. Bukan Obat Tidur

Psikiater dari RS Omni Alam Sutera, dr Andri, SpKJ, FAPM menegaskan bahwa Xanax bukanlah obat tidur. Xanax sejatinya adalah obat antiansietas, penenang bagi pengidap gangguan kecemasan.

"Bukan obat tidur, juga bukan obat bipolar. Xanax itu obat termasuk dalam golongan benzodiazepine atau obat penenang. Akan tetapi memang memiliki efek mengantuk dan bisa diresepkan bagi pasien bipolar jika pasien mengalami gangguan kecemasan atau ansietas seperti mudah panik, jantung berdebar, atau sulit bernapas," tutur dr Andri.

Hal senada juga dikatakan oleh Dr Suryo Dharmono, SpKJ dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, konsumsi Xanax memang mempunyai efek mengantuk. Akan tetapi, penggunaannya harus selalu dalam pengawasan dokter ahli. Karena jika konsumsi berlebih, ada kecenderungan pasien menjadi dependant atau ketergantungan terhadap obat tersebut.

"Bukan obat tidur. Xanax itu sebenarnya obat antiansietas, obat untuk mengatasi kecemasan. Ya memang mempunyai efek mengantuk tapi kalau dipergunakan untuk obat tidur, ada risiko akhirnya menjadi dependant. Penggunaanya harus terkontrol oleh dokter," paparnya.

2. Mudah Memicu Ketergantungan

dr Andri mengatakan bahwa selain gampang toleran, Xanax juga termasuk obat yang mudah menyebabkan ketergantungan. Apalagi bagi mereka yang pernah atau sering mengonsumsi alkohol dan narkoba.

"Hati-hati pakai obat Xanax ini. Pada orang yang minum alkohol atau pengguna narkoba, mereka akan lebih mudah ketergantungan dan dependant terhadap pemakaian obat," sambungnya.

3. Efek Samping Menyebabkan Pikun

Menurut peneliti, sejumlah obat tertentu diketahui dapat mempengaruhi memori seseorang, seperti antihistamine, antidepresan (contoh Prozac), obat anti-kecemasan (contoh Xanax), dan obat tidur (contoh Ambien).

"Antihistamine dapat menghambat asetilkolin, salah satu transmitter otak yang dibutuhkan untuk menguatkan memori jangka pendek; sedangkan Xanax dan Ambien mengurangi memori episodik, sehingga apapun yang terjadi ketika Anda mengonsumsi obat-obat itu mungkin takkan bertahan lama dalam ingatan Anda," terang Barnard, salah satu tim peneliti.

Tapi jangan langsung berhenti meminum obat resep tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Mungkin Anda bisa dicarikan obat

4. Memicu Depresi

Depresi adalah salah satu dari efek samping obat. Contohnya bagi sebagian orang, Accutane dan versi generiknya yaitu isotretinoin yang diresepkan untuk mengobati jerawat parah bisa berpotensi sebabkan depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Depresi bisa juga menjadi efek samping dari obat penghilang rasa gelisah dan insomnia, termasuk Valium, Xanax, dan Lopressor yang diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

Obat penurun kolesterol seperti Lipitor dan Premarin untuk mengatasi gejala menopause juga bisa berefek pada depresi. Oleh karena itu, bacalah efek samping ketika Anda mengonsumsi obat yang baru Anda minum dan selalu konsultasikan ke dokter apakah obat tersebut bisa menyebabkan risiko depresi pada Anda.

5. Bikin Mr P Loyo

Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Varant Kupelian dari New England Research Institutes, Watertown, Massachusetts melakukan survei terhadap 2.301 pria dan menanyai tentang obat-obatan resep yang mereka gunakan dan fungsi seksual responden.

Separuh dari 60 responden yang diketahui mengonsumsi tricyclic antidepressant (TCA) yaitu amitryptyline selama satu bulan terakhir juga tergolong ke dalam kelompok responden yang mengidap impotensi. Namun setelah mempertimbangkan faktor risiko impotensi lainnya, misalnya usia dan penyakit jantung yang diidapnya, peneliti menemukan bahwa pria yang mengonsumsi TCA berisiko tiga kali lipat mengidap disfungsi ereksi.

Begitu pula dengan responden yang mengonsumsi tranquillisers atau obat penenang yaitu benzodiazepines seperti Valium, Xanax, Klonopin dan Ativan. Responden-responden ini juga diketahui berisiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami disfungsi ereksi. Serupa dengan responden yang mengonsumsi TCA, hampir separuh responden yang mengonsumsi benzodiazepine sebulan belakangan juga kerap mengalami impotensi.
Halaman 2 dari 6
Psikiater dari RS Omni Alam Sutera, dr Andri, SpKJ, FAPM menegaskan bahwa Xanax bukanlah obat tidur. Xanax sejatinya adalah obat antiansietas, penenang bagi pengidap gangguan kecemasan.

"Bukan obat tidur, juga bukan obat bipolar. Xanax itu obat termasuk dalam golongan benzodiazepine atau obat penenang. Akan tetapi memang memiliki efek mengantuk dan bisa diresepkan bagi pasien bipolar jika pasien mengalami gangguan kecemasan atau ansietas seperti mudah panik, jantung berdebar, atau sulit bernapas," tutur dr Andri.

Hal senada juga dikatakan oleh Dr Suryo Dharmono, SpKJ dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, konsumsi Xanax memang mempunyai efek mengantuk. Akan tetapi, penggunaannya harus selalu dalam pengawasan dokter ahli. Karena jika konsumsi berlebih, ada kecenderungan pasien menjadi dependant atau ketergantungan terhadap obat tersebut.

"Bukan obat tidur. Xanax itu sebenarnya obat antiansietas, obat untuk mengatasi kecemasan. Ya memang mempunyai efek mengantuk tapi kalau dipergunakan untuk obat tidur, ada risiko akhirnya menjadi dependant. Penggunaanya harus terkontrol oleh dokter," paparnya.

dr Andri mengatakan bahwa selain gampang toleran, Xanax juga termasuk obat yang mudah menyebabkan ketergantungan. Apalagi bagi mereka yang pernah atau sering mengonsumsi alkohol dan narkoba.

"Hati-hati pakai obat Xanax ini. Pada orang yang minum alkohol atau pengguna narkoba, mereka akan lebih mudah ketergantungan dan dependant terhadap pemakaian obat," sambungnya.

Menurut peneliti, sejumlah obat tertentu diketahui dapat mempengaruhi memori seseorang, seperti antihistamine, antidepresan (contoh Prozac), obat anti-kecemasan (contoh Xanax), dan obat tidur (contoh Ambien).

"Antihistamine dapat menghambat asetilkolin, salah satu transmitter otak yang dibutuhkan untuk menguatkan memori jangka pendek; sedangkan Xanax dan Ambien mengurangi memori episodik, sehingga apapun yang terjadi ketika Anda mengonsumsi obat-obat itu mungkin takkan bertahan lama dalam ingatan Anda," terang Barnard, salah satu tim peneliti.

Tapi jangan langsung berhenti meminum obat resep tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Mungkin Anda bisa dicarikan obat

Depresi adalah salah satu dari efek samping obat. Contohnya bagi sebagian orang, Accutane dan versi generiknya yaitu isotretinoin yang diresepkan untuk mengobati jerawat parah bisa berpotensi sebabkan depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Depresi bisa juga menjadi efek samping dari obat penghilang rasa gelisah dan insomnia, termasuk Valium, Xanax, dan Lopressor yang diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

Obat penurun kolesterol seperti Lipitor dan Premarin untuk mengatasi gejala menopause juga bisa berefek pada depresi. Oleh karena itu, bacalah efek samping ketika Anda mengonsumsi obat yang baru Anda minum dan selalu konsultasikan ke dokter apakah obat tersebut bisa menyebabkan risiko depresi pada Anda.

Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Varant Kupelian dari New England Research Institutes, Watertown, Massachusetts melakukan survei terhadap 2.301 pria dan menanyai tentang obat-obatan resep yang mereka gunakan dan fungsi seksual responden.

Separuh dari 60 responden yang diketahui mengonsumsi tricyclic antidepressant (TCA) yaitu amitryptyline selama satu bulan terakhir juga tergolong ke dalam kelompok responden yang mengidap impotensi. Namun setelah mempertimbangkan faktor risiko impotensi lainnya, misalnya usia dan penyakit jantung yang diidapnya, peneliti menemukan bahwa pria yang mengonsumsi TCA berisiko tiga kali lipat mengidap disfungsi ereksi.

Begitu pula dengan responden yang mengonsumsi tranquillisers atau obat penenang yaitu benzodiazepines seperti Valium, Xanax, Klonopin dan Ativan. Responden-responden ini juga diketahui berisiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami disfungsi ereksi. Serupa dengan responden yang mengonsumsi TCA, hampir separuh responden yang mengonsumsi benzodiazepine sebulan belakangan juga kerap mengalami impotensi.

(up/up)

Berita Terkait