Untuk menelusuri asal mula ebola, tim peneliti dari Robert Koch Institute, Jerman ini pun melakukan kunjungan ke desa tempat tinggal si bocah yang diketahui bernama Emile Ouamouno tersebut. Penelusuran dilaksanakan pada bulan April 2014.
Emile tinggal di sebuah desa kecil bernama Meliandou. Desa yang yang hanya terdiri atas 31 rumah ini letaknya di pedalaman hutan Guinea dan dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan tetangga dan rekan-rekan Emile, bocah yang meninggal karena Ebola di usia dua tahun itu sering bermain di bawah pohon berlubang tersebut. Entah kebetulan atau tidak, setelah kematian Emile (Desember 2013), oleh penduduk setempat pohon itu ditebang lalu dibakar. Namun secara mengejutkan, saat pohon itu terbakar, ribuan kelelawar pun berhamburan keluar dari dalam pohon.
Sebagian besar kelelawar ini merupakan jenis kelelawar pemakan serangga atau yang dalam bahasa latinnya disebut Mops condylurus. Karena banyak yang mati, penduduk desa kemudian mengumpulkan kelelawar-kelelawar untuk dijadikan bahan makanan.
Namun keesokan harinya, mereka terpaksa membuang kelelawar-kelelawar tersebut, karena pemerintah mengeluarkan larangan untuk mengonsumsi daging satwa liar.
Penemuan pohon berlubang ini memberikan pencerahan pada Dr Fabian dan rekan-rekannya. Sebab sebelumnya peneliti lain menduga bahwa virus ebola disebarkan pertama kali oleh kelelawar. Apalagi kelelawar memiliki kemampuan untuk membawa virus dalam jumlah besar tanpa terkena efek sampingnya.
"Kami menduga Emile terpapar oleh si kelelawar berikut kotorannya saat bermain di bawah pohon tersebut," tutur Dr Fabian seperti dikutip dari BBC, Jumat (2/1/2015). Mereka semakin yakin dengan temuan tersebut setelah menganalisis sampel abu dari pohon dan menemukan jejak DNA yang cocok dengan hewan yang diduga membawa virus Ebola tersebut.
Kendati demikian, ketika mereka berupaya mengetes sampel dari kelelawar yang masih hidup dan tinggal di sekitar desa tersebut, tak ada satupun yang terdeteksi membawa virus Ebola. Namun dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa spesies kelelawar yang satu ini memang bisa membawa virus ebola.
"Di sini banyak orang mengonsumsi kelelawar. Tapi kalau semua jenis kelelawar membawa virus ebola, tentu kita akan melihat wabahnya terjadi sepanjang waktu. Ini artinya, kemunculan virus Ebola dari kelelawar yang mengenai Emile merupakan suatu kejadian langka. Untuk itu kita harus gali lagi informasi tentang kelelawar-kelelawar ini," tutupnya.
(lil/vit)











































