Panik dan Cemas Setiap Hari Senin, Jika Sudah Ekstrem Harus Minum Obat

Fenomena 'I Hate Monday'

Panik dan Cemas Setiap Hari Senin, Jika Sudah Ekstrem Harus Minum Obat

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Senin, 12 Jan 2015 17:49 WIB
Panik dan Cemas Setiap Hari Senin, Jika Sudah Ekstrem Harus Minum Obat
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Uring-uringan setiap hari Senin jika hanya terjadi sekali mungkin tak menjadi masalah dan hanya karena masalah trauma. Namun jika kondisi ini muncul berulang kali dan sudah sampai pada tahap ekstrem, bukan tak mungkin dokter kemudian akan memberikan obat oral.

Ya, jika ada seseorang yang merasa cemas atau panik berlebihan setiap hari Senin secara berulang-ulang, maka langkah yang dianjurkan selanjutnya memang jangan menunda untuk cek ke dokter.

Jika memang dari hasil pemeriksaan dokter, yang biasanya dilakukan dengan wawancara dan observasi tanpa instrumen tertentu, kemudian ditemukan diagnosis dan faktor penyebabnya, maka pengobatan selanjutnya bisa lebih tepat sasaran. Dengan tahapan ini, semakin cepat pula peluang pasien bisa disembuhkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentunya bisa ditatalaksana setelah diketahui penyebabnya. Ditegakkan diagnosisnya, baru direncanakan terapinya," ujar dr Sylvia D. Elvira, SpKJ(K) dari Klinik Empati Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, kepada detikHealth dan ditulis pada Senin (12/1/2015).

Terapi-terapi itu sendiri menurut dr Sylvia dapat terdiri atas obat oral maupun psikoterapi. Untuk obat oral, biasanya jenis obat yang digunakan adalah obat anti-ansietas. Sementara psikoterapi jenisnya macam-macam, antara lain terapi perilaku, terapi kognitif-perilaku, dan lain-lain.

Namun keluhan serupa fobia ini tak selalu memerlukan pengobatan dengan minum obat, bergantung pada tingkat keparahan dari kondisi masing-masing pasien. Hal ini biasanya ditentukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.

"Prinsipnya jika masih taraf ringan dan tidak ekstrem, dengan mengubah pola pikir dan terapi suportif saja sudah cukup. Tapi jika sangat ekstrem mungkin dibutuhkan pengobatan oral seperti anti-ansietas dan anti-depresi," imbuh psikiater dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Dr dr Carla R. Marchira, SpKJ(K).

(ajg/up)

Berita Terkait