"Typus, ISPA sama-sama memiliki gejala demam tinggi. Untuk membedakan bercak merah DBD atau bukan, kulit bercak merah jika dikencangkan atau diregangkan, bercak merahnya tidak hilang," kata Minsarnawati Tahangnacca, S.KM, M.Kes, pengajar epidemiologi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (3/2/2015).
Menurutnya, dokter tidak salah diagnosa jika pengkajian tepat dan melakukan cek darah pada pasien. Nah, semakin cepat diobati, maka semakin cepat prognosisnya. Jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat maka pasien kehilangan banyak trombosit pada darahnya dan menyebabkan shock, sehingga perlu dirawat untuk memberi cairan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disampaikan Minsarnawati kasus DBD biasanya lebih tinggi saat musim hujan, karena genangan air banyak. Namun demikian tidak menutup kemungkinan kasus terjadi di musim panas.
"DBD bisa juga karena imun anak rendah pada mereka yang balita. Untuk yang usia produktif juga bisa kena, terkait dari lingkungan sekolah dan lingkungan kerjanya," sambungnya.
Balita yang terkena DBD menjadi perhatian karena terkait imunitas anak yang lebih rentan ketimbang orang dewasa. Selain itu kasus DBD pada anak juga cukup tinggi, sehingga upaya pelayanan kesehatan yang lebih fokus pada anak balita jadi lebih sering dilakukan.
"Sedangkan usia produktif, mungkin karena lebih sering di luar rumah, tidak terlalu memperhatikan kesehatan sehingga bisa mempengaruhi DBD," ucap Minsarnawati.
Baca juga: Jangan Asal Kuras, Wadah Air juga Perlu Digosok Agar Bersih dari Telur Nyamuk
Vaksin DBD, lanjutnya, saat ini masih diusahakan. Jika vaksin telah tersedia, ini dirasa cukup membantu. Sebab lokasi geografis Indonesia rentan terhadap nyamuk tersebut.
(vit/up)











































