Christopher Seeger, konsultan asosiasi atlet National Football League (NFL), menjelaskan bahwa kewaspadaan soal gegar otak meningkat setelah kasus Chris Borland. Atlet berbakat tersebut mengundurkan di usia 24 tahun karena sudah dua kali mengalami gegar otak dan mengidap gejala ALS (Amyotrophic lateral sclerosis).
"Kami ingin melindungi pemain setelah mereka pensiun. Gegar otak yang terjadi selama mereka aktif menjadi atlet baru akan mengambil efek setelah mereka pensiun dan tak memiliki pemasukan tetap. Karena itu NFL harus menjamin bahwa ada kompensasi yang diberikan ketika pemain sudah pensiun dan mengidap ALS, alzheimer, demensia atau bahkan parkinson," tutur Seeger, dikutip dari Reuters, Kamis (23/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seeger yang mewakili kurang lebih 5.000 mantan altet NFL meminta adanya kompensasi sebagai bagian dari program kesehatan atlet paska pensiun. Dalam tuntutannya, para atlet meminta tangguan biaya berobat sebesar Rp 64,6 miliar untuk satu orang.
Jumlah ini memang cukup besar, namun Seeger meminta semua pihak untuk melihat risiko yang diambil para atlet ketika bermain. Gegar otak memang kurang berdampak dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang, akibatnya bisa fatal.
"Mungkin saja gegar otak yang dialami atlet ketika bermain hanya membuat sedikit pusing, atau paling parah pingsan beberapa saat, dan klub masih menanggung biaya pengobatan mereka," ungkap Seeger.
Baca juga: Jangan Disepelekan, Cedera Kepala Saat Main Sepak Bola Berisiko Demensia
"Namun setelah 10 atau 20 tahun, gegar otak tersebut baru mengambil efek. Para atlet yang sudah pensiun sangat rentan mengalami alzheimer dan demensia. Belum lagi penyakit ALS dan Parkinson yang butuh perawatan intensif, sementara mereka kini tak lagi punya penghasilan," paparnya.
Bayi baru lahir memiliki bercak kebiruan? Simak Fakta seputar bayi baru lahir di sini
(Muhamad Reza Sulaiman/Nurvita Indarini)











































