Untuk membuktikan hal ini, para peneliti menganalisis informasi lebih dari 4.000 pria berusia 25-74 tahun. Pria-pria ini telah dinilai oleh dokter kulit dan dikategorikan menjadi tidak botak, botak ringan, botak sedang, hingga botak berat.
Setelah diteliti, pria dengan tingkat botak apapun 56 persen lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker prostat selama periode 21 tahun, dibandingkan dengan pria yang tidak mengalami kebotakan. Terlebih lagi, mereka yang masuk kategori botak sedang juga 83 persen lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker prostat, dibandingkan dengan mereka yang tidak botak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Temuan mendukung hipotesis bahwa proses biologis saling memengaruhi antara botak dan kanker prostat. Peneliti berpendapat salah satu penyebabnya adalah karena tingginya kadar hormon (seperti testosteron) memainkan peran dalam kedua kondisi tersebut. Pria dengan pola kebotakan diketahui memiliki tingkat yang lebih tinggi hormon tersebut, padahal hormon ini juga memicu pertumbuhan sel kanker prostat.
"Namun terlalu dini membuat rekomendasi skrining pria untuk kanker prostat berdasarkan temuan ini. Kami masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mendalami apa yang kami amati," ujar penulis studi Cindy Zhou, dari National Cancer Institute, seperti dikutip dari Livescience, Selasa (28/4/2015).
Sementara itu, seperti dikutip dari Fox News, jika temuan ini telah dikonfirmasi lebih lanjut, maka pola kebotakan pada pria dapat digunakan sebagai salah satu indikator risiko pria untuk terkena kanker prostat. Ini diharapkan dapat membantu para dokter menentukan apakah seorang pria harus menjalani skrining kanker prostat.
Penelitian ini telah dipresentasikan di American Association for Cancer Research meeting di Philadelphia.
Baca juga: Tak Hanya Lawan Penyakit, Sel Darah Putih Juga Bisa Sembuhkan Kebotakan
(Ajeng Anastasia Kinanti/Nurvita Indarini)











































