Masih BAB Sembarangan, Warga Secang Kulonprogo Rentan Terserang Penyakit

Masih BAB Sembarangan, Warga Secang Kulonprogo Rentan Terserang Penyakit

- detikHealth
Senin, 11 Mei 2015 11:05 WIB
Masih BAB Sembarangan, Warga Secang Kulonprogo Rentan Terserang Penyakit
Yogyakarta -

Tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah memaksa sebagian masyarakat Dusun Secang untuk hidup tanpa fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) yang layak. Mereka pun jadi rentan melakukan defekasi terbuka alias buang air besar sembarangan.

Namun dari penelusuran detikHealth, ada banyak alasan yang mendasari kondisi ini. Menurut keterangan Kepala Dusun Secang, Sumarjo, dahulu, dusunnya mengalami kesulitan air bersih.

"Sekarang alhamdulillah sudah cukup karena kemarin tahun 2014 akhir dapet bantuan DAK (Dana Alokasi Khusus) Kabupaten berupa pipanisasi. Tapi memang keadaan ekonomi masyarakat banyak yang belum memadai untuk membuat itu (MCK, red)," jelasnya saat ditemui dalam peresmian Dusun Secang sebagai mitra LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dan ditulis Senin (11/5/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja pria berumur 41 tahun itu meralat. Warganya bukan tak memiliki jamban, namun hanya memiliki 'WC cemplung'. Kendati begitu, Sumarjo tidak menampik bila masih ada warganya yang buang air besar sembarangan.

"Ya kalau yang WC cemplung tadi 35 persen, yang ini sekitar 15 persen. Biasane di sungai-sungai kecil yang airnya tidak mengalir atau jomblangan (lubang) trus dikasih kayu, nanti kalau udah penuh pindah," paparnya.

Baca juga: Duh! 35 Persen Warga Sebuah Dusun di Pelosok Kulonprogo Belum Punya Jamban

Hal ini diamini Kepala Puskesmas Pengasih I, drg Iting Mamiri. "WC cemplung itu belum memenuhi syarat kesehatan, kan yang baik (bentuknya) leher angsa," timpalnya.

Ia menambahkan, kebanyakan warga Secang masih banyak yang belum menyadari jika WC-nya belum memenuhi syarat, di samping kondisi ekonomi yang tidak memadai. Selain itu di Secang diakuinya tidak pernah ada kasus yang berkaitan dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), sehingga warga juga tidak memprioritaskan untuk membangun WC yang layak.
 
"Kalaupun ada ya yang sepuh-sepuh itu, kan memang sulit diajak berubah, tapi kalo yang muda-muda kebanyakan sudah di WC walaupun WC-nya cemplung" imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, dokter berjilbab itu menjelaskan defekasi terbuka atau buang air besar sembarangan dapat menimbulkan risiko berupa penyakit infeksi seperti sakit perut, diare maupun disentri. Ini dikarenakan feses atau kotoran manusia yang berada di ruang terbuka dapat dihinggapi lalat, yang kemudian bisa saja berpindah ke makanan atau minuman.

"Apalagi kalau BAB-nya di kebun atau genangan air. Tapi kalau pakai WC cemplung relatif lebih aman karena setidaknya ditutup," terangnya.

Terlepas dari itu, tidak ada gangguan kesehatan yang menonjol di Desa Sidomulyo, khususnya Dusun Secang. Karena letaknya yang berada di pegunungan, drg Iting mengungkapkan bahwa kasus malaria kerap muncul meski dalam tiga tahun terakhir angkanya sudah 0.

"Atau nggak ya ISPA, itu biasanya pas musim debu. Kalau diare biasanya awal musim penghujan atau musim kemarau yang panjang, itupun cuma 1-2 orang ya wajar. Ya mungkin daya tahannya cukup bagus, mengingat udaranya masih bersih dan polusinya rendah," pungkasnya.

Baca juga: 'Toilet Sudah Dibuat, Belum Tentu Masyarakat Indonesia Mau Pakai'

Tim dari Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (PBPI LPDP) angkatan Persiapan Keberangkatan (PK) ke-31 yang menginisiasi program ini menargetkan akan membangun 10 MCK di Dusun Secang. Lima MCK di antaranya sudah lebih dulu dibangun di lima rumah yang tersebar di 4 RT.

"Sesuai musyawarah warga, kami prioritaskan yang layak menerima, kedua belum mempunyai (MCK, red) dan ketiga tidak mendapat bantuan berupa uang dari pemerintah," ungkap Sumarjo.

(lll/up)

Berita Terkait