Steve Lindsay, profesor dari Durham University, Inggris, mengatakan jendela, pintu kaca, langit-langit serta genteng mengurangi potensi nyamuk malaria berkembang biak di rumah. Karena itu, sistem perumahan yang baik harus dilakukan di daerah-daerah dengan endemis malaria, termasuk Indonesia.
Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Viagra untuk Mencegah Penyebaran Malaria
"Meningkatkan kualitas rumah terbukti mengurangi risiko terserang malaria hingga 65 persen. Untuk mengeliminasi malaria, terlebih dahulu kita harus membangun rumah yang sehat," tutur Lindsay, dikutip dari Reuters, Selasa (9/6/2015).
Rumah dengan dinding bambu atau lumpu, dan atap dedaunan memang masih sering dijumpai di Afrika, Asia dan Amerika Selatan, tempat malaria masih menjadi salah satu penyakit yang mengancam. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan membandingkan 90 kasus malaria dan tempat tinggal korban.
Orang dengan tembok terbuat dari bambu atau batu lebih rentan terserang malaria daripada tembok semen atau batu bata. Sementara lantai dari keramik menurunkan risiko lebih besar daripada lantai tanah ataupun lantai kayu.
Lucy Trusting, peneliti dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan penemuan ini dapat menjadi salah satu pilar eliminasi malaria dari segi kesehatan masyarakat. Apalagi belakangan ini muncul berita yang mengatakan ada malaria yang kebal obat dan antibiotik.
"Ini ada penemuan yang dapat diterima dengan baik. Kita menghadapi resistensi terhadap obat, dan ternyata kita bisa menghindari terserang malaria dengan membuat rumah yang lebih sehat," pungkasnya.
Baca juga: Bajak Darah Muda, Peneliti Ungkap Rahasia Parasit Malaria Kebal Obat
(mrs/vit)











































