Prof Agus Purwadianto, pakar saintifikasi jamu sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebut bahwa untuk menuju pasar internasional, jamu harus lebih dulu menjadi ikon nasional Indonesia. Caranya tentu saja dengan melakukan ikonisasi.
Baca juga: Temulawak Jadi Ikon Jamu Nasional, Bisakah?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Prof Agus, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan saintifikasi jamu. Ketika jamu sudah teruji dan manfaatnya bisa dibuktikan secara ilmiah, maka sektor industri pun akan tertarik.
Dokter yang juga ahli forensik ini mengatakan manfaat jamu tak hanya di bidang kesehatan. Jamu juga bisa dimanfaatkan industri lainnya seperti makanan dan minuman, kosmetik, kuliner, hingga pariwisita.
"Misalnya ketika datang ke hotel, welcome drinknya itu jamu khas dari daerah setempat. Atau di maskapai penerbangan kita menyuguhkan jamu kepada penumpang," tuturnya lagi.
Dukungan pemerintah sangat penting untuk mewujudkan wacana globalisasi jamu ini. Prof Agus menyebut sudah ada beberapa instansi pemerintah seperti Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan hingga Kementerian Perdagangan yang mengadakan gerakan minum jamu. Ini merupakan wujud dasar dukungan pemerintah terhadap jamu.
Di kesempatan yang sama, Prof Yonny Koesmasryono, PhD, profesor bidang geofarmaka sekaligus wakil rektor Institut Pertanian Bogor menyebut bahwa untuk go internasional, faktor lain yang tak boleh dilupakan adalah ketersediaan tanaman jamu itu sendiri. Jika petani tidak menanam tanaman herbal, bisa dipastikan wacana jamu untuk masuk pasar dunia sulit terealisasi.
"Maka dari itu pendidikan ke petani juga tidak boleh ditinggalkan. Dijelaskan keuntungan menanam tanaman herbal, sekaligus riset dan penelitian seputar tanaman herbal oleh peneliti terus dikembangkan," pungkasnya.
Baca juga: Banyak Manfaat, Temulawak Indonesia Diharapkan Jadi Obat Herbal Tingkat Dunia (mrs/up)











































