Belajar dari pengalaman sebelumnya, lebih dari separuh jemaah haji pada tahun 2014 mengalami dehidrasi. Survei ini dilakukan terhadap 112 jemaah di BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia) Makkah dan Madinah selama pra dan pasca Armina pada tahun 2014. Hasilnya, diperoleh data bahwa sebanyak 50,9 persen jamaah haji mengalami dehidrasi berdasarkan warna urine dan 19,55 persen berdasarkan berat jenis urine.
Kondisi dehidrasi ini tidak hanya disebabkan oleh faktor lingkungan di Arab Saudi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor usia dan risiko penyakit yang dibawa jemaah haji sejak dari Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Terkait Suhu Tinggi di Tanah Suci, Menkes Ingatkan Ancaman Heat Stroke
Selain itu, kondisi tubuh ketika membutuhkan air sering tidak disadari oleh jemaah. Hal ini juga memicu dan memperberat terjadinya dehidrasi.
Hal ini harus diwaspadai oleh jemaah, sebab dehidrasi yang terjadi dalam kondisi ekstrem dapat menyebabkan kondisi yang fatal, seperti heat stroke yang dapat berujung pada kematian. Hal ini diutarakan oleh dr Fidiansjah.
Buku panduan tersebut disusun oleh Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Indonesian Hydration Working Group (IHWG). Nantinya buku panduan tersebut akan disebarkan kepada para tenaga kesehatan yang mendampingi perjalanan haji tahun ini. Hal ini ditujukan agarĀ kualitas ibadah para jemaah di Tanah Suci tidak terganggu oleh kondisi dehidrasi ataupun kondisi kesehatan lainnya yang semakin diperparah oleh dehidrasi.
Baca juga: Jangan Lupa Minum! Dehidrasi Saat Berkendara Bisa Bikin Tak Fokus
dr Fidiansjah menambahkan buku ini diluncurkan untuk mengantisipasi musim haji yang sudah tidak lama lagi. Selain itu, dalam beberapa tahun ke depan, suhu di Arab Saudi diperkirakan akan semakin panas. Sebab, biasanya musim haji setiap tahunnya selalu mundur selama 14 hari. Hingga 12 tahun mendatang, suhu di Arab Saudi akan semakin panas dengan puncaknya diperkirakan akan terjadi pada 2021.
IHWG yang pada acara peluncuran buku ini diwakili oleh dr Purwita Wijaya Laksmi, SpPD, K-Ger menambahkan bahwa pengetahuan yang cukup merupakan hal yang berpengaruh dalam menjaga kesehatan. Dengan demikian jemaah mampu menjalankan ibadah haji dan umrah dengan khusyuk.
(vit/vit)











































