Lagu 'Naik Delman', 'Lihat Kebunku', 'Pelangi' dan 'Laskar Pelangi' sukses mereka bawakan meski beberapa kali terdengar ada nada yang tak harmonis di tengah lagu.
Penampilan Rofi (14), Najwa (14), Alif (14), Masita (23) dan Rino (33) ini disambut meriah oleh para penonton yang merupakan para peserta diskusi bertema Stimulasi dengan maturitas otak di RS Melinda, Jalan Dr Cipto Bandung, Sabtu (29/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang masuk kategori High Functioning Autism. Dari musik itu kita bisa ambil hikmahnya, diantaranya melatih anak menjadi fokus bagi anak-anak yang memang ada keterkaitan jiwa dengan musik," ujar Kristiantini Desi, dokter spesialis anak yang biasa disapa Tian itu.
Ia mengatakan, meski nada yang mereka bawakan sederhana dan hanya sekedar membuat ritmik, namun hal itu menjadi proses perkembangan yang cukup baik bagi mereka.
"Dengan musik, mereka jadi fokus. Belajar membaca partitur meskipun dalam bentuk gambar. Tapi mereka jadi mau memperhatikan," katanya.
Terapi musik ini menjadi salah satu tahapan setelah anak-anak yang di terapi di MCDC ini melewati proses terapi lainnya. Para ABK ini akan diajari basic life skill seperti mandi, makan dan lainnya, setelah itu, mereka akan diasah talenta atau ketertarikannya.
"Walaupun yang mereka lakukan ini non akademis, namun kami berharap jika talenta ini terus diasah, mungkin suatu saat nanti mereka bisa betul-betul bisa membuat band sungguhan," tutur Tian.
Di akhir pertunjukkan, terlihat, Masita otomatis bernyanyi saat lantunan piano memainkan lagu 'Ya Sudahlah' milik Bondan feat Fade to Black. Padahal belum ada aba-aba untuk mulai bernyanyi.
"Biasanya sehari-hari Masita itu hanya humming sambil tepuk-tepuk tangan. Dia sering kehilangan fokus kalau tidak diarahkan. Tapi dengan musik, dia bisa langsung terhubung dan fokus," katanya.
Di MCDC saat ini ada 270 anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan terapi sesuai dengan gangguannya. Dari jumlah tersebut 5 kasus yang paling banyak yaitu autisme, disleksia, gangguan bahasa ekspresif, celebral palsy dan intelektual disabitity.
Baca juga: Autis Parah, Romano Temukan Kepercayaan Diri Lewat Musik (tya/mrs)











































