Menurut Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana), dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD, ada empat faktor langsung yang bisa menjelaskan munculnya fenomena ini.
"Penyebab langsungnya itu terangkum dalam 4 Terlalu. Jadi terlalu muda melahirkan, di bawah 20 tahun, kemudian terlalu rapat melahirkan, padahal idealnya jarak kelahiran itu kurang dari tiga tahun," jelasnya dalam perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia di Sragen, Jawa Tengah dan ditulis Minggu (4/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah pentingnya KB. Kalau tidak digalakkan kita akan menghadapi bonus demografi di mana jumlah usia produktif di atas usia tidak produktif atau yang tidak bekerja seperti bayi dan lansia. Di satu sisi ini menguntungkan, tapi jika generasi kita tidak berkualitas, yang terjadi justru bencana demografi," lanjutnya.
Lantas di mana letak urgensinya? dr Surya menekankan, kontrasepsi bukanlah sekadar alat untuk membatasi dan mencegah kelahiran, tapi lebih kepada sarana untuk menciptakan generasi yang lebih berkualitas.
"Punya anak itu kan hak asasi, dan dua anak cukup itu hanya anjuran. Tapi kalau ini dipertimbangkan, ibu dan ayahnya punya waktu untuk mendidik anak. Jadi harapannya, kuantitasnya kita kendalikan, kualitasnya kita tingkatkan," katanya.
Kendati begitu, ia menyadari bahwa pemahaman akan kontrasepsi saja tidak cukup. Untuk itu tema perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia tahun ini mengerucut pada Ketahui Pilihanmu: Ini Hidupmu, Ini Masa Depanmu, Ketahui Pilihanmu (Know Your Options: It's Your Life, It's Your Future, Know Your Options).
Dengan banyaknya jenis alat kontrasepsi yang ada, pasangan dibebaskan untuk memilih, baik kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan kondom, maupun kontrasepsi jangka panjang semisal IUD dan operasi (vasektomi dan tubektomi).
"Itu semua pilihan. Lewat konseling dengan petugas di faskes terdekat, tiap pasangan berhak memilih kontrasepsi yang tak hanya sesuai kebutuhan tapi juga nyaman digunakan," pesannya.
Baca juga: Cerita Para Duta KB di Sragen, Soal Nikah Dini Hingga Kontrasepsi
Plt Asisten Kesmas Taufik Hidayat, SH, Msi yang hadir mewakili Gubernur Jawa Tengah menimpali bahwa pihaknya merasa bangga dengan prestasi Sragen ini. Dalam sambutannya, hal ini sudah sesuai dengan pandangan dan harapan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Hal ini hanya bisa terwujud dengan peningkatan awareness masyarakat tentang pentingnya menggunakan kontrasepsi. Bukan sekadar anjuran, tapi lebih kepada kebutuhan keluarga.
"Diharapkan kontrasepsi menjadi kebutuhan utama bagi keluarga. Apalagi saat ini kita telah menyepakati kesepakatan global yang terangkum dalam MDG's khususnya pada poin 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi," paparnya dalam kesempatan yang sama.
Taufik menambahkan, dalam sambutan Gubernur Jateng yang dibacakannya, kontrasepsi merupakan sarana penting dalam membatasi jumlah kelahiran, sekaligus menjaga reproduksi perempuan.
"Bila kontrasepsi dipilih dan digunakan dengan benar, maka kita dapat mencapai indikator keberhasilan dari MDG's itu sendiri, salah satunya dalam menurunkan angka kematian ibu," harapnya.
Kalau bisa, lanjut Taufik, sasarannya bukan hanya ibu-ibu, tapi juga mendorong kaum laki-laki, terutama bapak-bapak agar juga sadar menggunakan kontrasepsi.
"Kenalkan juga kontrasepsi pada anak-anak muda dan remaja agar mereka tahu tentang reproduksi sehat, tentunya disertai bimbingan akan nilai-nilai moral dan spirital agar mereka tidak menyalahgunakan alat kontrasepsi utk berhubungan di luar nikah atau free sex," tutupnya.
Baca juga: Perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2015, Momentum untuk Gaungkan KB Kembali (lll/up)











































