Seperti diungkapkan ketua Komite Mata Nasional, Andy F Noya, tingginya jumlah orang dengan katarak di Indonesia amat memengaruhi produktivitas masyarakat. Sayangnya, hal ini kerap tidak disadari sehingga penyembuhan katarak tidak terlalu dianggap penting.
"Jangan menyepelekan penyakit katarak," ujar Andy di sela-sela peringatan World Sight Day di Jakarta Eye Center, Kedoya, Jakarta Barat dan ditulis pada Minggu (11/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jangan Anggap Remeh! Mata Merah Usai Operasi Bisa Jadi Tanda Infeksi
Diharapkan, kesadaran masyarakat atas pentingnya penanganan masyarakat bisa bertambah. Apalagi, saat ini cukup banyak yayasan, rumah sakit, atau non-governmental organization (NGO) yang menyelenggarakan operasi mata katarak gratis. Untuk itu, perlu ditingkatkan lagi sosialisasi agar masyarakat tidak takut mengobati katarak yang dialaminya.
"Kini risiko infeksi pasca operasi katarak juga sudah sangat rendah. Bahkan di kami sudah mencapai angka nol persen. Tidak perlu khawatir soal risiko infeksi pasca operasi katarak, karena teknologi sekarang semakin canggih, bahkan operasi sekarang bisa tanpa sayatan," ucap Direktur Medik JEC dr Darwan M Purba SpM dalam kesempatan yang sama.
Di Indonesia sendiri, memang belum ada data terbaru terkait jumlah pasien katarak. Untuk itu, Komite Mata Nasional tengah berusaha mendata jumlah penderita katarak di berbagai daerah. Menurut Andy, kurangnya data menyebabkan kesulitan dalam menjangkau daerah dengan jumlah penderita katarak yang tinggi.
"Banyak sekali program CSR untuk operasi katarak gratis, tetapi alokasinya belum maksimal. Diharapkan, dengan data terkumpul seluruh penderita katarak dapat ter-cover," tutup Andy.
Baca juga: Mengenal Lasik, Operasi Mata yang Hilangkan 'Ketergantungan' Kacamata (rdn/vit)











































