Donor dari ketiga pasien adalah seorang perempuan 43 tahun yang meninggal karena stroke. Ginjal, jantung, dan hatinya lalu didonasikan ke 3 pasien yang membutuhkan cangkok organ pada Februari 2014.
Namun masalah muncul 2 bulan kemudian. Pasien yang menerima ginjalnya mengalami demam, serta mengalami perubahan perilaku yang mengindikasikan adanya kerusakan di otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penelusuran, pasien kedua yang menerima hati sang donor juga mengeluh tremor dan susah berjalan. Sedangkan pasien ketiga yang menerima jantung dan salah satu ginjal, masuk rumah sakit karena mengalami radang otak yang disebut encephalitis.
"Ketiga recipient mengalami keluhan neurologis yang parah dalam beberapa bulan setelah pencangkokan," kata Rachel Smith, peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention seperti dikutip dari Livescience, Jumat (16/10/2015).
Baca juga: Bayi Batuk Tak Sembuh-sembuh, Ternyata Ada Lampu LED di Dekat Paru-paru
Dokter melakukan pemeriksaan darah, urine, tinja, dan cairan otak untuk mendetensi berbagai macam infeksi. Hasilnya negatif, namun kondisi pasien yang menerima ginjal terus memburuk dan akhirnya meninggal pada Mei 2014.
Dalam autopsi yang dilakukan pada pasien tersebut, dokter kembali melakukan pemeriksaan infeksi pada jaringan. Akhirnya, dokter menemukan adanya infeksi parasit Encephalitozoon cuniculi, yakni organisme bersel tunggal dalam kelompok microsporidia. Belakangan, infeksi serupa juga ditemukan pada dua pasien lainnya.
Smith menduga, infeksi ini mungkin tidak benar-benar langka. Meski begitu, belum ada rencana pemeriksaan microsporidia akan dilakukan secara rutin pada prosedur cangkok organ. Salah satu penyebabnya, infeksi ini sangat sulit didiagnosis.
Penelitian Smith tentang kasus ini dipresentasikan bulan ini dalam IDWeek, sebuah pertemuan tentang penyakit infeksi yang melibatkan sejumlah organisasi kedokteran.
Baca juga: Dinyatakan Tewas karena Infeksi, Pria Ini Hidup Lagi Jelang Autopsi (up/up)











































