Aroma Urine Bisa Tunjukkan Risiko Alzheimer

Aroma Urine Bisa Tunjukkan Risiko Alzheimer

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Rabu, 20 Jan 2016 13:06 WIB
Aroma Urine Bisa Tunjukkan Risiko Alzheimer
Foto: Agung Pambudhy
Philadelphia - Meski mulai banyak menjangkiti lansia, penyakit penuaan seperti Alzheimer masih sulit terdeteksi. Gejalanya pun muncul secara lambat.

Namun baru-baru ini Dr Bruce Kimball dan timnya dari Monell Chemical Senses Center, Philadelphia menemukan aroma unik pada urine atau pipis seseorang yang berisiko terserang Alzheimer.

Aroma unik ini dilaporkan muncul beberapa saat sebelum terjadinya perubahan patologis pada otak yang dikaitkan dengan gejala demensia atau kepikunan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti mendapatkan aroma unik ini setelah mengamati tiga kelompok tikus. Salah satu dari ketiganya merupakan tikus yang otaknya sudah dimodifikasi dan diberi nama 'tikus APP'. Tikus ini memiliki patologi otak seperti orang dengan Alzheimer, yaitu terjadi penumpukan plak amyloid di dalam otaknya.

Secara khusus peneliti memasukkan gen-gen yang berkaitan dengan mutasi protein penanda munculnya amyloid pada manusia ke dalam genome tikus. Kemudian gen-gen itu diaktifkan agar dapat menciptakan protein amyloid lalu memicu terjadinya penumpukan plak di otak.

Baca juga: Cenderung Sinis pada Lansia? Awas Anda Bisa 'Ketularan' Alzheimer

Melalui serangkaian analisis kimia dan perilaku pada tikus-tikus tersebut, peneliti akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tikus APP mempunyai profil urine yang berbeda dengan tikus biasa.

Namun perubahan ini bukan disebabkan oleh adanya senyawa kimia tertentu, melainkan perubahan konsentrasi dari komposisi urine yang ada. Perubahan ini terjadi beberapa saat sebelum plak amyloid terbentuk di dalam otak tikus APP.

"Studi-studi sebelumnya hanya menyebutkan perubahan bau badan identik dengan keberadaan virus tertentu. Tetapi sekarang kami bisa membuktikan bahwa aroma urine juga bisa dipengaruhi oleh perubahan karakteristik otak akibat penyakit, terutama pada pasien Alzheimer," ungkap Dr Kimball seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (20/1/2016).

Dr Kimball berharap aroma unik ini dapat digunakan untuk mendiagnosis Alzheimer sebelum terjadi penurunan fungsi otak. Di sisi lain, temuan ini dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan pengobatan yang dapat memperlambat laju penyakit ini.

Baca juga: Studi: Kecepatan Berjalan Lansia Berhubungan dengan Risiko Alzheimer

Sebelumnya, seorang wanita asal Skotlandia mengaku dapat mencium perubahan bau badan suaminya sesaat sebelum didiagnosis dengan penyakit Parkinson.

Pengakuan wanita ini kemudian menginspirasi dilakukannya penelitian lebih mendalam tentang apakah Parkinson memang memunculkan aroma khusus di tubuh pasiennya atau tidak. Pada dasarnya peneliti meyakini bahwa ada molekul khusus yang memicu perubahan pada sebum, atau sejenis minyak yang dikeluarkan kulit sehingga memicu aroma tak lazim tersebut. (lll/vit)

Berita Terkait