Sekelompok peneliti dari University of Minnesota melakukan penelitian untuk melihat manfaat gingerol, zat aktif yang ada di jahe, dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan sel kanker. Penelitian dilakukan kepada mencit yang diinjeksi sel tumor usus besar.
Baca juga: Terasa Pedas dan Hangat Saat Konsumsi Jahe? Ini Sebabnya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal BMJ mengatakan konsumsi ekstrak jahe 2 gram perhari dapat mengurangi risiko terserang kanker usus sebesar 19 persen. Ekstrak jahe juga diketahui memiliki manfaat untuk menghambat pertumbuhan kanker pankreas, payudara dan ovarium.
Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Dr Raymond R Tjandrawinata, PhD, mengatakan banyak penelitian yang sudah membuktikan manfaat jahe dan kegunaannya untuk melawan kanker. Namun yang harus diperhatikan, manfaat tersebut tidak bisa didapat dengan mengonsumsi jahe secara utuh.
"Dalam penelitian biologi molekuler yang diperlukan untuk membuat obat itu hanya fraksinya saja. Misalkan dari simplicia, jahe dikeringkan ada seratusan senyawa. Setelah di bio-fraksi yang tersisanya mungkin hanya 6 senyawa yang paling bermanfaat," tutur Raymond, kepada detikHealth baru-baru ini.
Oleh karena itu sangat salah jika masyarakat meminum air rebusan jahe atau mengonsumsi irisan jahe dengan harapan mengobati kanker. Manfaat baru terasa jika senyawa dan zat aktif dari jahe dikumpulkan jadi satu dalam bentuk obat.
"Misalnya ya, jahe baru akan bermanfaat jika dikonsumsi 5 kg sehari. Tapi kan nggak mungkin kita konsumsi 5 kg. Makanya ketika bentuk obat 5 mg, itu isinya sudah senyawa bermanfaat dalam jumlah banyak, setara jahe 5 kg," terangnya.
Baca juga: Jahe, Tanaman Berkhasiat Obat yang Kaya Manfaat
(mrs/vit)











































