"Di Indonesia yang berbahaya justru serangan demam berdarah," kata Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Tri Wibawa, PhD, Sp.Mk kepada wartawan di Kampus UGM, Selasa (2/2/2016).
Beberapa kasus infeksi virus Zika di Indonesia pernah dilaporkan, namun sejauh ini belum ada laporan kegawatan. Kasus terbaru dilaporkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada 2015. Dalam laporan disebut virus ini diidentifikasi pada satu pasien di Jambi, setelah meneliti 103 sampel darah ketika terjadi wabah demam berdarah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Tri, perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui apakah Zika yang ada di Indonesia sama dengan virus yang ada di Amerika Latin. dr Tri mengatakan virus zika yang ditemukan di Indonesia bisa saja berbeda dengan yang ada di Amerika Latin. Karenanya masyarakat tidak perlu khawatir terhadap virus ini. Manifestasi klinis akibat serangan virus zika pun tidak separah demam berdarah yang bisa mengakibatkan kematian.
"Dari laporan terdahulu serangan virus ini tidak menyebabkan kematian. Gejalanya ditandai dengan demam, sakit kepala, nyeri persendian, terkadang disertai dengan muncul ruam-ruam merah dan peradangan pada mata," katanya.
Meski demikian, dia mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai keberadaan virus ini. Sebab Indonesia merupakan negara yang berpotensi terhadap serangan virus ini. Sebab virus Zika ini dibawa nyamuk Aedes yang banyak berkembang di wilayah tropis termasuk Indonesia.
Baca juga: Ingat! Setelah 3 Hari Demam Turun, Bukan Berarti Anak Sembuh dari DBD
"Untuk kewaspadaan memang perlu dilakukan, tapi tidak perlu berlebihan," saran dr Tri.
Dia meminta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya dengan melakukan gerakan 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk. "Pencegahan bisa dilakukan seperti pada kasus DBD," pungkas dr Tri Wibawa. (bgs/vit)











































