Psikolog Jennifer Bartz dan rekan-rekannya dari McGill University, Kanada, melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara kadar hormon oksitosin dengan risiko perceraian setelah melahirkan. Ditemukan bahwa kadar hormon oksitosin yang rendah saat kehamilan meningkatkan risiko perceraian.
Baca juga: Tidur Nyenyak Selepas Bercinta, Bisakah Diresepkan pada si Insomnia?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian menyebut wanita yang memiliki kadar oksitosin rendah pada trimester pertama kehamilan dan setelah melahirkan diketahui memiliki risiko tinggi bercerai. Di sisi lain, kenaikan kadar unit oksitosin dalam tiap trimester meningkatkan kesuksesan pernikahan hingga 7 kali lipat, dan bertambah menjadi 9 kali lipat setelah melahirkan.
"Dapat disimpulkan bahwa rendahnya kadar oksitosin pada ibu bisa meningkatkan risiko perceraian ketika anak berusia balita," ungkap Bartz, dikutip dari Medical Daily, Senin (15/2/2016).
American Psychological Association mengatakan oksitosin memegang peranan penting dalam proses kedekatan ibu dan anak, menyusui, hubungan pertemanan, kebahagiaan pernikahan hingga kepuasan seksual. Karenanya, penting bagi wanita untuk menjaga kadar oksitosin tetap tinggi.
Beberapa penelitian sebelumnya menyebut 'me time' bagi wanita penting untuk menjaga kadar oksitosin tetap tinggi. Jauhi stres, melakukan kegiatan romantis bersama suami dan relaksasi juga diketahui dapat meningkatkan kadar oksitosin.
Baca juga: Rajin Makan Sayur Katuk Tapi Ibu Tidak Happy, Efeknya Nol Besar
(mrs/vit)











































