Para ahli mengatakan aphasia progresif primer (PAA) bisa menjadi kondisi di mana seseorang jadi sulit berkata-kata. Orang-orang dengan kondisi ini bisa memahami sesuatu, akan tetapi saat akan menyampaikannya secara lisan, mulutnya seperti terkunci.
Robert Voogt (66), dari Virginia Beach, Virginia adalah salah satu orang yang memiliki kondisi ini. Ia mengatakan kondisinya di hadapan delegasi Asosiasi Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bobot Turun Drastis di Usia Senja? Jangan-jangan Kena Demensia
Peserta delegasi pun mengetes Voogt. Ketika ditanya peserta delegasi: apa yang koboi naiki? Voogth mengetik 'kuda' dan alat komunikasi tersebutlah yang mengucapkan kata tersebut.
Bentuk PPA yang diidap Voogt berdampak pada tata bahasanya, sehingga dia kesulitan membuat kalimat lengkap. Misalnya saja ketika diminta menulis 'ini adalah hari yang dingin di Washington', Voogt butuh waktu 1-2 menit untuk menulis 'Washington DC dingin'.
Menurut Voogt, dia diagnosis PPA pada 10 tahun lalu. Sejak itu dia tidak bisa mengatakan kata-kata meskipun memahami apa yang dia dengar dan bisa mengetik apa yang ingin disampaikan melalui email ataupun pesan tertulis lainnya. Meski begitu, dia bisa hidup mandiri dan bahkan bisa berpergian ke beberapa negara lainnya.
PPA sering kali tidak teridentifikasi. Para spesialis pun memperkirakan ribuan orang Amerika kemungkinan memiliki kondisi ini. Sayangnya tidak ada catatan yang bisa menunjukkan data pastinya.
Yang menyedihkan, karena kondisi ini, jarang orang yang mau melibatkan orang-orang tersebut dalam pembicaraan. Padahal mereka masih cukup mandiri semisal menangani keuangannya sendiri, masih bisa menyetir, ataupun menikmati musik.
dr Joseph Duffy dari Mayo Clinic menuturkan untuk berbicara, seseorang butuh mengaktifkan 100 otot antara paru-paru dan bibir guna menghasilkan setidaknya 14 suara yang berbeda per detik. Orang yang pernah mengalami stroke ataupun cedera otak biasanya menemui masalah saat akan memunculkan suara ataupun berkata-kata.
Sedangkan pada orang dengan PPA, terjadi degenerasi bertahap sel-sel otak yang terletak di jaringan bahasa. Itu makanya mereka jadi kesulitan berkomunikasi. Scan MRI khusus bisa digunakan untuk mencari tahu beda PPA dengan demensia secara luas.
Baca juga: Perhatikan! Tanda-tanda Ini Bisa Jadi Gejala Pikun
PPA merupakan jenis aphasia yang cukup langka. Terapi wicara biasanya diberikan sebagai cara penanganan. Komunikasi dengan bahasa sederhana dianjurkan dilakukan oleh keluarga. Disarankan pula untuk mengurangi kebisingan dan gangguan lain yang bisa merusak fokus. Hindari pula melakukan multitasking.
Pasien PPA sering mengalami salah diagnosis karena kadang disangka terkena Alzheimer ataupun gangguan kecemasan. Akibatnya mereka mendapat perawatan yang tidak efektif. Bedanya dengan Alzheimer, PPA tidak memengaruhi memori, setidaknya di awal mereka terkena kondisi itu.
Dikutip dari NY Times, PPA sering kali menyerang orang berusia di akhir 50-an. PPA juga dua kali lebih banyak dialami laki-laki.
Orang dengan Alzheimer, gejalanya biasanya disadari oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya, akan tetapi yang bersangkutan justru tidak menyadarinya. Sedangkan orang dengan PPA menyadari benar bagaimana perjuangan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain.
"Gejala awalnya biasanya sangat halus. Pasien mungkin jadi satu-satunya yang mulanya menyadari masalah ini karena mereka harus berusaha keras berkomunikasi, meskipun mereka mungkin tidak melakukan sesuatu yang tidak beres dengan jelas," papar dr Duffy.
Awalnya, jelas dr Duffy, kesulitan berkomunikasi ini dianggap wajar sebagai akibat dari kelelahan kronis. Akan tetapi secara bertahap frekuensinya semakin meningkat. (vit/up)











































