Terapi Sel Punca di China, Atasi Gangguan Otak, Lutut, Sampai Infertilitas

Laporan dari Beijing

Terapi Sel Punca di China, Atasi Gangguan Otak, Lutut, Sampai Infertilitas

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 14 Mar 2016 07:16 WIB
Terapi Sel Punca di China, Atasi Gangguan Otak, Lutut, Sampai Infertilitas
Foto: Radian Nyi Sukmasari
Beijing - Berbeda dengan di Indonesia, terapi stem cell atau sel punca (sel induk) di China sudah cukup populer dan banyak digunakan. Tak sebatas hanya untuk mengobati penyakit seperti diabetes saja, tapi stem cell juga dilakukan untuk mengobati gangguan pada otak.

Presiden Direktur Department of Cytotherapy General Hospital of Chinese People's Armed Police Forces (RS Militer China-red) , Xiaodong Wang, MD, PhD, mengatakan pada dasarnya stem cell bisa memperbaiki sel-sel dalam tubuh. Pada awalnya, tim medis RS Militer China menggunakan stem cell untuk mengobati penyakit saraf termasuk gangguan otak pada anak kecil, cedera otak luar, dan berbagai penyakit saraf lainnya.

"Pada regenerasi stem cell ke-6 diharapkan hasilnya akan lebih baik. Tim dokter kami melakukan analisa pada tikus putih. Kemudian lanjut pada monyet di mana sebagian otak monyet dirusak hingga menyerupai manusia yang punya penyakit saraf otak, persis seperti penyakit lumpuh otak sebagian," terang Wang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui analisa pada hewan tersebut, lanjut Wang, akan didapat hasil bagaimana prosedur stem cell yang aman karena menurutnya, setelah dimasukkan ke tubuh pasien, stem cell bisa menggantikan sel otak mereka.

Dalam kurun waktu tahun 2014-2016, RS Militer China udah melayani 8.487 orang. Lumpuh otak merupakan kasus yang paling banyak ditangani. Sedangkan kasus lain yang ditangani di antaranya cedera otak dan kemunduran kerja otak.  Tak hanya itu, Wang menuturkan pasien diabetes yang mendapat terapi stem cell kondisinya juga membaik.

"Kami mengerjakan terapi untuk pasien lumpuh otak termuda di mana ia berusia 18 hari. Sedangkan proses pengerjaan paling panjang untuk terapi stem cell pernah mencapai 18 tahun," kata Wang dalam temu media Norgen Health di Beihujiuhao, Beijing Timur, China baru-baru ini.

Wang menceritakan, pihaknya pernah menangani seorang pasien pria usia 51 tahun yang mengalami sumbatan total di otak sehingga tubuh bagian kanannya mengalami kelumpuhan. Setelah masuk RS dan mendapat terapi stem cell, tangan kanan si pasien sudah bisa terbuka, lebih mudah berjalan, dan bisa jongkok pelan-pelan. Pasca pemulihan lebih lama, si pasien bisa beraktivitas lagi seperti biasa, termasuk mengendarai sepeda dan membaca.

Pasien  kedua yakni pria 51 tahun yang mengalami cedera tulang belakang tapi dibiarkan dua tahun. Akibatnya, gerakan kaki serta tangannya terganggu dan tidak memiliki kekuatan. Dengan kondisi seperti itu, pola makan dan sistem pembuangannya terganggu.

"Pasca terapi stem cell, ada perbaikan di saraf perasanya. Setelah dioperasi pasien bisa mengontrol gerakan duduknya dan memegang tumpuan sendiri," ujar Wang.

Sementara, ada pula pasien 24 tahun yang mengalami gangguan motorik sehingga dia sulit buang air kecil dan besar karena kakinya terlalu tegang, kaku, dan tidak bisa dibuka. Pasca diterapi stem cell, kaki pasien sudah tidak terlalu tegang, bisa duduk bersila, berdiri dengan bantuan penegak kaki, dan mengoperasikan komputer.

Wang menyebutkan terapi stem cell bisa diterapkan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. "Sebab, semua orang memiliki stem cell yang bisa digunakan untuk mengganti sel-sel yang rusak," ucap Wang.

Stem Cell untuk Gangguan Lutut dan Masalah Lainnya

Sementara itu, di Beijing Puhua International Hospital and Clinic yang menjadi pusat neurosurgery terbesar di Beijing, stem cell dilakukan salah satunya untuk mengobati masalah pada lutut atau pinggul. Manajer International Department Beijing Puhua International Hospital and Clinic, Susan Jiang menjelaskan prosedur terapi stem cell dengan 'memanen' jaringan adiposa atau lemak dari area perut.

Setelah itu, stem cell diekstrak dan disuntikkan ke area yang mengalami cedera. Dikatakan Susan, terapi ini sering digunakan oleh mereka yang sudah lanjut usia atau mengalami cedera di tulang belakang, lutut, dan pinggul. Sampai tahun 2015, sudah sekitar 1.200 kasus yang berhasil diatasi dengan stem cell.

"Kami pernah menangani bintang Hollywood Chuck Norris di mana dia menjalani stem cell therapy untuk mengatasi gangguan di lutut. Seminggu setelah prosedur tidak boleh mengerjakan sesuatu yang terlalu berat. Sekitar tiga bulan sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Untuk biayanya kurang lebih Rp 117 juta tapi bisa saja dilakukan kembali beberapa tahun kemudian," ucap Susan.

Selain itu, terapi stem cell di mana sel induk diambil dari jaringan adiposa di area perut atau tali pusat, juga dilakukan untuk mengobati berbagai kondisi seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, infertilitas, anti-aging, dan penyakit neurologi. Salah satu RS yang menyediakan layanan tersebut yakni ReLife International Medical Centre.

Baca juga: Mengintip Pusat Rujukan Hematologi dan Onkologi di China

(rdn/vit)

Berita Terkait