Jika terapi hormon tidak membuahkan hasil, maka opsi terakhir yaitu operasi. Namun, dikatakan dr Luki, bisa juga pasien langsun menjalani operasi jika ukuran kista sudah lebih dari 4 cm apalagi jika sudah terjadi perlengketan. Dalam pelaksanaan operasi, ada faktor yang mesti dipertimbangankan yaitu usia, jumlah cadangan telur, tingkat nyeri, dan tingkat keparahan.
"Operasi pertama sangat penting. Pengangkatan endometriosis harus dilakukan sebersih-bersihnya, tujuannya untuk menghindari angka kekambuhan. Kalau operasi tidak optimal, masih ada sisa-sisa endometriosisnya dan akan lebih mudah kambuh," tutur dr Luky di sela-sela seminar awam 'Waspada Endometriosis' di RSUP Fatmawati, Jakarta, Kamis (14/4/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sudah Menopause, Mungkinkah Wanita Masih Bisa Kena Endometriosis?
Keunggulan laparoskopi dikatakan dr Luky yakni bisa melihat semua bercak endometriosis di mana pun di organ perut. Dengan melihat lebih jelas, maka operasi pengangkatan endometriosis bisa lebih bersih.
"Tujuannya bukan hanya mengangkat kista tapi juga bercak atau benjolan di organ lain. Kalau dengan laparotomi, kita tidak bisa melihat lebih detail. Pokoknya saat ini kalau masih ada dokter menawarkan laparotomi, tolak saja," kata dr Luky.
Jika operasi pertama tidak optimal, maka untuk melakukan operasi kedua atau selanjutnya akan lebih sulit. Belum lagi jika sudah terjadi perlengketan atau cedera organ sekitar, bukan tak mungkin diperlukan operasi pengangkatan rahim dan indung telur sehingga si pasien mengalami menopause dini.
"Data menunjukkan 15-20 persen mengalami kekambuhan pasca operasi, maka penting sekali melakukan kontrol rutin ke dokter kandungan," tutur dr Luky.
Baca juga: Bila Tak Diobati, Endometriosis Bisa Juga Tingkatkan Risiko Sakit Jantung
(rdn/vit)











































