Apakah Anak dengan Fimosis Pasti Harus Segera Disunat? Ini Kata Dokter

Apakah Anak dengan Fimosis Pasti Harus Segera Disunat? Ini Kata Dokter

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Rabu, 15 Jun 2016 14:14 WIB
Apakah Anak dengan Fimosis Pasti Harus Segera Disunat? Ini Kata Dokter
Foto: thinkstock
Jakarta - Saat curiga anak mengidap fimosis, kebanyakan orang tua enggan membawanya ke dokter karena khawatir sang anak nantinya akan langsung disunat. Padahal faktanya tak selalu demikian.

Menurut dokter spesialis urologi RSPAD Gatot Soebroto, dr Nugroho Budi Utomo, SpU, fimosis adalah kondisi penis di mana kulit preputium (kulit kulup penis) tidak dapat ditarik ke arah pangkal (belakang), yang mengakibatkan glans (kepala) penis dan lubang kencing tertutup kulit preputium.

Secara medis, fimosis dibagi dalam dua kondisi, yaitu fimosis fisiologis dan fimosis patologis. Fimosis fisiologis adalah fimosis yang terjadi akibat perlekatan kulit preputium dengan glans penis akibat adanya smegma (kotoran). Sementara fimosis patologis adalah fimosis yang terjadi akibat terbentuknya cincin jaringan ikat pada kulit preputium, yang disebabkan infeksi berulang pada kulit preputium dan glans penis oleh karena kebersihan yang buruk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Riset: Sunat Sejak Bayi Tak Akan Pengaruhi Kepekaan Mr P

"10 Persen anak laki-laki mengalami kondisi ini sampai dengan usia 3 tahun, dan hanya sekitar 1 persen angka kejadiannya pada anak laki-laki 16 tahun. Karenanya jika tidak ada keluhan ataupun komplikasi, maka fimosis tidak perlu terapi khusus," tutur dr Nugroho kepada detikHealth baru-baru ini.

Ia melanjutkan, jika belum terdapat keluhan atau komplikasi, dokter dapat memberikan obat berupa salep yang mengandung kortikosteroid. Namun jika sudah terdapat komplikasi maka pilihan pengobatannya adalah sirkumsisi atau sunat.

Komplikasi yang dimaksud salah satunya adalah infeksi berat glans penis (balanitis), yang ditandai dengan glans penis kemerahan, lecet, bahkan bernanah. Fimosis yang tak ditangani juga bisa menimbulkan infeksi saluran kemih berulang. Biasanya kondisi ini ditandai dengan demam hilang timbul, nyeri saat BAK, berat badan tidak naik, serta nafsu makan menurun.

"Komplikasinya bahkan bisa juga kanker penis (karsinoma sel skuamosa), jika tidak ditangani sampai usia dewasa," tutur dr Nugroho.

Serupa seperti dr Nugroho, dokter spesialis urologi dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr M Ayodhia Soebadi, SpU atau dr Yodhi juga menegaskan bahwa perlu tidaknya khitan untuk mengatasi fimosis perlu dikonsultasikan dengan tenaga medis. "Terkadang fimosis yang dipertimbangkan khitan karena ada infeksi," imbuhnya.

Selain sunat, bisa juga diatasi dengan pemberian salep steroid selama beberapa minggu. "Salep adalah salah satu alternatif namun tentu dengan semua untung rugi dan risiko. Khitan tentu juga ada untung rugi dan risiko. Ini yang memerlukan konsultasi dengan tenaga kesehatan," ucap dr Yodhi.

Baca juga: Fimosis Terlambat Dicek dan Ditangani Dokter, Ini Komplikasinya

(ajg/vit)

Berita Terkait