Perempuan yang akrab disapa Illin ini sempat membawa anaknya ke terapis wicara. Namun katanya harus mendapat rekomendasi dari dokter tumbuh kembang terlebih dahulu.
Illin kemudian merasa aneh karena si kecil yang bernama Aziza itu tidak pernah menengok saat dipanggil. Bahkan saat dikejutkan dengan teriakan, Aziza juga tidak kaget.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya Illin dan suaminya membawa Aziza ke dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT).Sejumlah tes pun dijalani Aziza. Tes tympanometry, BERA/ ABR, ECochg, AASR dijalani. Hasil tes menunjukkan Aziza memiliki gangguan pendengaran berat atau profound hearing loss.
Ternyata Aziza hanya bisa mendengar di level lebih dari 110 desibel. Itu setara dengan suara pesawat terbang, mesin pengebor jalan ataupun petir.
"Mendengar itu rasanya seperti tersambar petir. Saya nggak pernah punya pengalaman begini, tidak punya teman begini. Jadi ini benar-benar hal baru buat saya," tutur mantan aktivis di Indonesia Corruption Watch (ICW) ini.
"Sebagai ibu yang ninggalin cukup lama dan baru ketemu dua mingguan rasanya shock, campur aduk," imbuhnya.
Si kecil Aziza (Foto: FB Illian Deta Arta Sari) |
Ketika akhirnya Illin sudah menguasai medan di Singapura dan memutuskan bisa membawa anak-anaknya, sang suami menyarankan agar Illin membawa 2 anak tertuanya saja. Karenanya ketika pendidikannya selesai lebih cepat, Illin buru-buru kembali ke Indonesia.
Tapi baru dua minggu berkumpul bersama Aziza, ada hal berat yang harus dilewati. "Di usia 2 tahun lebih baru diketahui anak saya ada masalah pendengaran. Selama ini kalau saya nyanyi Nina Bobo rupanya dia nggak pernah dengar," imbuh Illin dengan suara tercekat.
Agar Aziza bisa mendengar seperti anak-anak lain, dokter menyarankan untuk dilakukan cochlear implant surgery. Tapi itu pun tidak semudah membalik telapak tangan. Karena butuh biaya yang tidak sedikit, setidaknya Rp 240-600 jutaan. Tentu ini bukan angka yang kecil bagi Illin yang kini tidak bekerja dan suaminya yang pegawai negeri sipil (PNS).
Alat implan koklea yang dibutuhkan Aziza (Foto: FB Illian Deta Arta Sari) |
"Di saat saya down, ketemu dengan beberapa orang. Ada Pak James yang anaknya juga nggak bisa mendengar, malah nggak dengar sama sekali. Anaknya menggunakan implan koklea di tahun 2000 saat masih bayi. Sekarang anaknya sedang summer school di Harvard University," tutur Illin.
Illin juga mendapat suntikan semangat dari Gouri Mirpuri, istri mantan Duta Besar untuk Indonesia yang juga menggunakan implan koklea. "Keduanya memberikan support yang sangat berarti di saat aku down banget saat awal tahu kondisi Aziza. Mereka membuat aku optimistis bahwa ini bukan akhir dari segalanya," sambung Illin.
Kata Illin dia memiliki sedikit simpanan uang yang didapat dari pesangon, juga sisa uang kontrakan dan asuransi saat tinggal di Australia. Namun simpanan itu tidak cukup untuk membeli perlengkapan implan koklea. Alhasil dia pun berupaya menjual mobilnya, sayang selama ini yang menyatakan keseriusan membeli menawarkan harga yang sangat rendah alias tidak wajar.
"Saya tadinya juga mau pinjam bank. Cuma teman-teman bilang nanti bayarnya gimana kan saya nggak kerja, cuma suami saja. Akhirnya mereka ada yang saweran dan Selasa lalu teman saya minta nomor rekening dan menyebarkan pesan donasi," tutur Illin sembari mengucap terimakasih.
|
Baca juga: Dukung Putrinya, Alistair Bikin Tato Gambar Implan Koklea
(vit/up)












































Si kecil Aziza (Foto: FB Illian Deta Arta Sari)
Alat implan koklea yang dibutuhkan Aziza (Foto: FB Illian Deta Arta Sari)
Pesan donasi untuk membantu Illin (Foto: FB Illian Deta Arta Sari)