Tapi bagaimana bila gigi yang impaksi tidak menimbulkan keluhan? Beberapa orang ada yang memilih untuk tetap mencabutnya sementara yang lain membiarkan. Peneliti terkait hal ini juga mengaku masih belum memiliki banyak bukti mana yang lebih bermanfaat.
Dalam kajian literatur di Cochrane Database of Systematic Reviews, peneliti Hossein Ghaeminia dari Radboud University Medical Center, Belanda, mengatakan membiarkan gigi impaksi dan melakukan operasi sama-sama memiliki risiko. Hanya saja tak jelas mana yang akan lebih bermanfaat untuk pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengingat fakta bahwa pengangkatan gigi bungsu dilakukan dalam skala besar di seluruh dunia, mengherankan bahwa kita masih kekurangan penelitian berkualitas tinggi," kata Hossein seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (22/9/2016).
"Di Amerika Serikat sebagai contoh, gigi bungsu
asimtomatik (tak menimbulkan gejala -red) umum dicabut sebagai langkah pencegahan. Sementara itu di Inggris Raya, pedoman dari NICE menyarankan agar gigi bungsu asimtomatik jangan dicabut," lanjutnya.
Bila gigi impaksi tak dicabut maka diketahui ada risiko untuk terjadi pembengkakkan, kerusakan akar gigi, pembusukan dan penyakit gusi. Perbandingannya bila gigi tak bermasalah tapi tetap diangkat maka risikonya infeksi, inflamasi, serta cedera pada ujung saraf yang membuat sensasi kebas pada bibir dan dagu.
"Kami kemungkinan akan melakukan studi lainnya yang memeriksa risiko bagaimana bila gigi bungsu asimtomatik dipertahankan. Saya sendiri secara pribadi tidak setuju mengoperasi gigi bungsu pada remaja karena saya sudah lihat kerusakan tulang permanen yang ditimbulkan," ujar peneliti lainnya Martha E. Nunn dari Creighton University.
Baca juga: Daftar Masalah Gigi yang Bisa Diatasi dengan Kawat Gigi (fds/up)











































