Ahli Mikrobiologi: Virus Zika di Indonesia Tidak Seberbahaya di Brazil

Ahli Mikrobiologi: Virus Zika di Indonesia Tidak Seberbahaya di Brazil

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 29 Sep 2016 19:32 WIB
Ahli Mikrobiologi: Virus Zika di Indonesia Tidak Seberbahaya di Brazil
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Brazil dan negara-negara Amerika Latin tengah dihebohkan dengan keberadaan virus Zika yang bisa menyebabkan cacat lahir ketika virus ini menginfeksi ibu hamil. Di Indonesia sendiri wabah virus ini juga pernah ada, tetapi kurang mendapat sorotan.

Pada dasarnya wajar jika virus Zika juga pernah ditemukan di Indonesia sebab layaknya jenis virus lain, virus ini berpotensi untuk tumbuh 'subur' di daerah tropis, yaitu dengan temperatur berkisar antara 25-32 derajat Celcius.

"WHO sendiri juga pernah menyampaikan ada kejadian (di Indonesia, red)," ungkap dr Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, SpMK dari Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, ditemui dalam talkshow Zika Virus A-Z di Jogja Expo Center, Kamis (29/9/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Virus ini ditemukan oleh Lembaga Eijkman saat melakukan penelitian terkait demam berdarah di kota Jambi. Ternyata di tubuh salah satu pasien terdapat virus Zika.

"Temuan yang di Sumatra itu di lab di sana tidak terdeteksi apa-apa, tetapi begitu dibawa ke Jakarta baru ketahuan kalau itu Zika," lanjutnya.

Namun pada saat itu, virus ini tidak menjadi sorotan seperti halnya yang terjadi di Amerika Latin. Di balik itu, ada kendala internal yang dihadapi Indonesia, yaitu sulitnya penegakan diagnosis infeksi virus Zika.

Maklum, saat itu teknologi khusus untuk mendeteksi keberadaan virus ini hanya ada di laboratorium-laboratorium tertentu dan untungnya virusnya sendiri tidak begitu berbahaya sehingga memicu kepanikan seperti di Amerika Latin.

dr Ludhang menambahkan, di dunia virus Zika memang hanya ditemukan di dua kawasan, yaitu Asia dan Afrika. Meski sama-sama disebarluaskan dengan 'bantuan' nyamuk, virus Zika yang ada di kedua kawasan tersebut sama sekali berbeda.

"Virusnya sama, tetapi susunan molekuler genetiknya berbeda. Kemungkinan yang di Brazil itu berasal dari Afrika kemudian mengalami mutasi," terangnya.

Baca juga: Wabah Zika di Singapura Serang 341 Orang, 8 di Antaranya Wanita Hamil

Meski begitu, dr Ludhang mengakui keberadaan virus Zika yang tersebar di Asia Tenggara seperti Singapura, Filipina dan Thailand juga bisa saja ikut menyebar di Indonesia. Tetapi proses ini dipastikan membutuhkan waktu yang sangat panjang.

"Kalau di Filipina atau Singapura itu kan alat diagnosisnya sudah ada, penderitanya juga aktif melapor. Ini berbeda dengan di kita," paparnya lagi.

Di Indonesia, satu-satunya laboratorium yang bisa mendeteksi virus Zika hanya ada di ibukota. Akan tetapi Kementerian Kesehatan beralasan pemusatan lab ini sengaja dilakukan untuk memastikan tiap kasus Zika yang ditemukan di Indonesia terkonfirmasi dengan jelas.

Baca juga: Pakar: Zika di Asia Beda dengan Brazil, Tidak Akan Sebabkan Mikrosefali

dr Ludhang juga bersyukur sejauh ini belum ada laporan virus Zika dapat menyebabkan cacat lahir seperti mikrosefali ataupun kematian. Angka kejadiannya pun terbilang kecil, walaupun itu semata karena tingkat pelaporannya yang buruk dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang keberadaan virus ini.

(lll/vit)

Berita Terkait