Insiden kebakaran ini juga menyebabkan 4 orang meninggal, yang kesemuanya adalah pasien. Dua di antaranya mantan Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira dan Sulistyo, Ketua Umum PGRI serta anggota DPD.
Keterangan resmi dari TNI AL menyatakan insiden itu dipicu karena korsleting listrik. "Diakibatkan korsleting listrik sehingga menimbulkan asap putih lebat dan pasien yang ada di dalam tabung terbakar dan tidak dapat diselamatkan, empat orang meninggal dunia," jelas Kadispen TNI AL Laksma Zainuddin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs Mayo Clinic menjelaskan, oleh tubuh, oksigen dibutuhkan untuk menjaga fungsi organ maupun jaringan. Kebutuhan ini akan meningkat ketika jaringan mengalami cedera. Pemberian oksigen bertekanan meningkatkan jumlah oksigen yang bisa dibawa oleh darah, sehingga bisa mempercepat pemulihan.
Foto: Ruangan terapi oksigen hiperbarik di RSAL Mintohardjo (https://www.rsalmintohardjo.com) |
Dijelaskan dr Erick Supondha, MKK dari RS Bethsaida Tangerang, berdasarkan prinsip fisika, jika seseorang menghirup oksigen murni dalam ruangan bertekanan tinggi maka akan meningkatkan kelarutan oksigen dalam darah, sehingga bisa merangsang pembentukan sel dan jaringan baru secara lebih cepat.
"Ini bisa meningkatkan konsentrasi oksigen sampai 6 per 100 cc plasma darah. Kalau angkanya (konsentrasi) lebih dari 4 maka sel bisa berkembang," ungkap dr Erick seperti diberitakan detikHealth sebelumnya.
Dengan merangsang terbentuknya sel dan jaringan baru, maka terapi ini bisa membantu percepatan penyembuhan luka. Selain itu juga bisa membunuh bakteri lebih kuat dan lebih luas. "Kekuatannya bisa sampai delapan kali lipat. Kalau antibiotik bisa bunuh 10 bakteri, dengan hiperbarik bisa 80," tambah dr Erick.
Baca juga: Kecelakaan-kecelakaan Terapi Hiperbarik di Berbagai Negara
Chamber terapi hiperbarik di RS Bethsaida Tangerang (Foto: Nurvita) |
Terapi ini diberikan sebagai terapi utama pada penyakit penyelaman, seperti decompression sickness dan emboli gas arteri, maupun pada kasus keracunan gas CO (karbon monoksida, HCN (Asam Sianida), dan H2S (hidrogen sulfida).
Sedangkan sebagai terapi tambahan, terapi oksigen hiperbarik diberikan pada penyembuhan luka diabetes maupun luka bakar. Gangguan saraf, stroke, dan bahkan vertigo.
Bahkan terapi ini dipercaya bisa membantu menjaga kecantikan dan kebugaran. Di kulit, terapi ini diklaim dapat meningkatkan pembentukan jaringan kolagen yang berfungsi menjaga kelenturan atau elastisitas kulit. Terapi hiperbarik juga diklaim mampu membantu dalam penyembuhan patah tulang, bahkan mempercepat pembentukan tulang baru.
Di bidang gastroenterologi, terapi ini bisa dipakai untuk mengatasi radang usus akibat radioterapi, seperti pada pasien kanker mulut rahim atau kanker prostat. Dalam sebuah riset yang pernah dilakukan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, efek terapi hiperbarik juga dikatakan dapat menurunkan prevalensi prokitis radiasi atau radang anus akibat radioterapi.
Autisme, cerebral palsy, gangguan pendengaran, serta untuk tujuan kebugaran dan kecantikan juga diklaim bisa diatasi dengan terapi ini. Meski demikian, dr Erick sembari menegaskan terapi ini tidak lantas menggantikan peran obat pada penyakit tertentu.
Foto: Nurvita |
Baca juga: Begini Terapi Hiperbarik Bisa Bantu Atasi Masalah Kesehatan
"Terapi ini sebenarnya aman. Seperti di ICU kalau ada orang pakai oksigen kan nggak (mengakibatkan) kebakaran? Kebakaran terjadi jika segitiga kebakaran terpenuhi yakni sumber pematik, oksigen dan semacam bensin (yang membuat kebakaran meluas)," imbuh dr Erick.
Diterangkan dr Erick, jika muncul percikan api dan kebakaran terjadi di dalam chamber, sistem pemadam kebakaran eksternal dan internal akan bekerja. Artinya chamber hiperbarik sudah didukung dan dilengkapi sistem dan perlengkapan untuk keamanan. (lll/up)












































Foto: Ruangan terapi oksigen hiperbarik di RSAL Mintohardjo (https://www.rsalmintohardjo.com)
Chamber terapi hiperbarik di RS Bethsaida Tangerang (Foto: Nurvita)
Foto: Nurvita