Hal ini dibuktikan peneliti dari Norwich Business School, University of East Anglia dengan mengamati 1.293 manajer dan 13.657 pekerja di 1.293 perusahaan yang ada di seluruh penjuru Inggris.
Masing-masing diwawancara tentang tiga jenis bonus yang biasa diberikan perusahaan kepada karyawannya, yaitu bonus karena performa kerja, profit dan bonus yang berkaitan dengan saham milik karyawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di sisi lain peneliti juga melihat adanya keterkaitan yang jelas antara bonus dan pola kerja yang intens, atau bahkan overwork (kerja berlebihan) setelah pekerja memperoleh bonus.
Karenanya peneliti menduga bahwa bonus sebenarnya tak lain adalah bentuk lain dari eksploitasi dari perusahaan kepada pekerjanya, karena setelah mendapat bonus, perusahaan akan mendorong pekerja untuk meningkatkan performanya.
Persoalannya, hal ini bisa saja memicu stres karena pekerjaan dan masalah kesehatan lain akibat kerja berlebihan.
Baca juga: Daripada Diancam, Lebih Baik Karyawan Diberi Hadiah
"Dengan cara ini, manajer mengirimkan sinyal kepada anak buahnya tentang niat mereka untuk memberikan reward atau hadiah berupa uang jika mereka bekerja ekstra. Pekerja pun menerima sinyal ini dan merasa berkewajiban untuk bekerja lebih keras," terang peneliti Dr Chidiebere Ogbonnaya seperti dilaporkan Ask Men.
Ogbonnaya menyayangkan karena pekerja menganggap hal ini sebagai sesuatu yang baik, padahal keuntungan ada di pihak perusahaan, sedangkan pekerja belum tentu merasakan hal yang sama.
Baca juga: Cuti Hingga Bonus, Aneka Hal yang Bisa Kurangi Risiko Depresi Karyawan
Peneliti juga menemukan, bila satu pekerja mendapatkan bonus maka pekerja lainnya juga harus merasakan hal yang sama. Jika keadilan ini tidak ada, hubungan antara pekerja dan manajer atau pemilik perusahaanlah yang kena batunya. (lll/vit)











































